Karyasastra zaman Majapahit awal adalah kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca (1365), kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, kitab Arjuna Wiwaha karangan Mpu Tantular, kitab Kunjarakama (anonim), dan kitab Parthayajna (anonim). Karya sastra zaman Majapahit akhir ditulis dengan bahasa Jawa dalam bentuk tembang (kidung) dan gancaran (prosa). Kitabini sebetulnya tidak ditemukan dalam Kakawin Nagarakertagama. Sebab, Mpu Prapanca menyebut karyanya dengan judul Dewacawarnana yang berarti "uraian mengenai desa-desa." Kitab ini berisi tentang istilah raja-raja Majapahit, keadaan kota raja, candi makam raja, upacarqa Sradha, wilayah Kerajaan Majapahit, dan negara-negara bawahan Majapahit. akibatnyadalam pertarungan selanjutnya, calon arang dikalahkan. g kitab panjiwijayakrama menguraikan riwayat raden wijaya sampai menjadi raja. h kitab usana jawa berisi penaklukan pulau bali oleh gajah mada dan arya damar, pemindahan kerajaan majapahit ke gelgel, dan penumpasan raja raksasa maya denawa. i kitab usana bali berisi tentang Kitabyang dikarang pada 1365 Masehi ini berisi tentang sejarah, perjalanan, dan daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit. 2. Kitab Sutasoma. Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular pada abad ke-14 menceritakan tentang kerukunan hidup beragama di Majapahit. Di dalam kitab ini, terdapat istilah "Bhinneka Tunggal Ika" yang menjadi semboyan NKRI. KamusSantri Salafi Versi Kitab Kuning [Jawa - Indonesia] Posted on November 25, 2014 November 25, 2014 by Santri Admin. A. Bali = Pulang; Bolan Baleni = Mengulang - ulang; Bolo Perang = Pasukan, Prajurit; Mentek-mentek = Padat berisi; Menthoake = Menawarkan; Mertombo = Berobat; Medel = Memberi pewarna (sumba) KalauWeda sendiri hanya berisi Garis Besar rinciannya ada pada masing2 kitab (pengobatan, astrologi, sastra, dll) bila kita menegok kembali pada sumber tradisi di Bali di antaranya kitab Usana bali dan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh bapak K.Ginarsa terhadap prasasti-prasasti jaman bali Kuna maka dapat disimpulkan baha jUzODk. 2 Candi Lawang Kabupaten BoyolaliDalam bahasa Jawa, Wringin Lawang berarti Pintu Beringin’. Gapura agungini terbuat dari bata merah dengan luas dasar 13 x 11 meter dan tinggi 15,5meter. Diperkirakan dibangun pada abad ke-14 Masehi. Candi ini bergayacandi bentar atau tipe gerbang terbelah. Gaya arsitektur seperti ini didugamuncul pada era Majapahit dan kini banyak ditemukan dalam arsitektur sebuah inskripsi bertuliskan “ju thi ka la ma sa tka” di ambang pintucandi. Di tengah candi terdapat sebuah yoni dalam kondisi baik. Temuanlain di sekitar candi, diantaranya sebuah arca Agastya, arca Durga bertangandelapan disimpan di Museum Radya Pustaka, di Solo, pecahan makara, Candi Lawang Sumber Pande 20213 Candi Singosari Candi Singosari merupakan salah satu peninggalan Hindu yang terletak di Jawa Gambar Candi Singosari Timur. Candi Singosari merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Singasari Kerajaan Sumber Pande 2021 Singhasari yang diciptakan sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Kertanegara, yaitu raja yang membawa Singhasari pada puncak kejayaan. Terletak di daerah Singosari, Kabupaten Malang. Candi Hindu ini dibangun pada sekitar tahun 1300 M. Oleh karena jaraknya yang tidak jauh dan mengarah padaBab 5 Peninggalan Sejarah Agama Hindu di Indonesia 137Gunung Arjuna, maka fungsinya diperkirakan masih berkaitan denganaktivitas para pertapa dan ritual keagamaan di gunung tersebut. Mari MenganalisisPeninggalan-peninggalan sejarah di daerah Jawa Timur di atas merupakanbukti adanya penyebaran agama Hindu di Jawa Timur. Untuk lebih jelasnya,perhatikan analisis Prasasti Hantang atau Ngantang 1135 M, yang isinya menyebutkan kata “Panjalu Jayati”. Kata Jayati merupakan Bahasa Sansekerta yang berasal dari India. India adalah pusat penyebaran agama Hindu. Maka dapat disimpulkan bahwa pada masa pemerintahan ini, masyarakat memeluk agama Prasasti Dinoyo menjelaskan bahwa Raja Gajayana mendirikan sebuah tempat pemujaan untuk memuliakan Maharsi Agastya. Maharsi Agastya adalah salah satu orang suci Maharsi yang menyebarkan agama Hindu dari India ke Pada Candi Lawang terdapat arca Rsi Agastya yang merupakan orang suci Maharsi yang menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Selain itu, terdapat pula arca Durga yang merupakan salah satu dewi sakti dari Dewa Candi Singosari difungsikan sebagai tempat bertapa meditasi yang biasa dilakukan oleh umat Hindu. Mari Mencari InformasiLengkapi pemahaman kalian mengenai peninggalan sejarah Hindu di JawaTimur dengan melakukan penelusuran di internet. Buatlah ringkasan darihasil penelusuran tersebut sebanyak 2-3 paragraf kemudian konsultasikankepada gurumu!138 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti untuk SMP Kelas VIIMedia Informasi Kesusastraan pada jaman Majapahit • Kitab Negara Kertagama Karangan Mpu Prapanca 1365 masehi. • Kitab Sutasoma Karangan Mpu Tantular. • Kitab Arjuna Wiwaha karangan Mpu Panuluh. • Kitab Kunjakarna dan Partayajna. • Kitab Pararaton isinya riwayat raja-raja Singosari dan Majapahit. • Kitab Sundayana isinya tentang peristiwa Bubat. • Kitab Sorandaka, Ranggalawe, dan Panji Wijaya Krama. • Kitab Usana Jawa, Usana Bali, Pamancanggah, Tantu Pagelaran, Calon Arang, Kerawasrama, Bhubhuksah, Tantri Kamandka dan Panca Tantra. Mari BeraktivitasBagilah siswa di kelasmu menjadi dua kelompok besar. Satu kelompokmelakukan penelitian terhadap peninggalan berupa candi di Jawa kelompok yang lainnya melakukan penelitian mengenaipeninggalan Prasasti di Jawa Timur. Tulis hasil penelitian kalian pada bukucatatan masing-masing, kemudian tiap kelompok mempresentasikan hasilkerja kelompok masing-masing. Bab 5 Peninggalan Sejarah Agama Hindu di Indonesia 139E. Peninggalan Sejarah Agama Hindu di BaliPerhatikan Gambar berikut! Gambar Pulau Bali. Sumber Pande 2021 Pernahkah kalian melihat peta di atas? Tepat sekali, peta di atas adalahpeta Provinsi Bali. Pemeluk agama Hindu terbesar di Indonesia saat ini beradadi Provinsi Bali. Sekarang simaklah peninggalan sejarah agama Hindu apasaja yang ada di Bali. Mari BelajarAgama Hindu mulai berkembang di Bali pada abad ke-8 atau sekitar 800masehi. Perkembangan agama Hindu di Bali dapat dibuktikan denganditemukannya Prasasti Blanjong di daerah Sanur. Prasasti Blanjongmenggunakan bahasa Bali Kuno berangka tahun 835 Masehi. Dalam PrasastiBlanjong disebutkan nama seorang raja, yaitu Sri Kesari Warmadewa. RajaBali yang pertama kali memakai gelar Warmadewa adalah Raja Sri itu, raja-raja di Bali bergelar Warmadewa. Raja penerus Sri KesariWarmadewa diantaranya adalah Sang Ratu Sri Unggrasena. Pada tahun 905Saka, muncul seorang raja bergelar Sri Maharaja Sriwijaya Mahadewi yangdiduga putri Raja Sriwijaya dari Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti untuk SMP Kelas VIISetelah berakhir pemerintahan Sri Maharaja Sriwijaya Mahadewi,muncul seorang raja bernama Dharma Udayana Warmadewa yangmemerintah bersama permaisurinya yang bergelar Sri Gunapria perkawinan ini, lahirlah tiga orang putra yaitu Airlangga, Marakata,dan Anak Wungsu. Airlangga memerintah di Jawa Timur menggantikanDharmawangsa Teguh. Dua orang putra lainnya, Marakata dan AnakWungsu menggantikan ayahnya menjadi raja di Bali. Raja Marakata yang bergelar Marakata Pankaja Sthanotungga Dewamemerintah pada tahun 933-944 Saka atau 1011-1022 M. Pada masapemerintahan beliau, dibuatlah prasasti yang berangka tahun 944 tersebut berisi kata-kata sumpah Sapata yang menyebutkan namaDewa-Dewa Hindu. Raja Marakata digantikan oleh Anak Wungsu, yang memerintah tahun971-999 Saka atau tahun 1049-1077 M. Pada masa pemerintahan beliaubanyak dibuat prasasti. Prasasti-prasasti peninggalan Raja Anak Wungsuberjumlah 22 prasasti. Dalam penulisan prasasti disebutkan sebagai saksinya adalah parapegawai tinggi dan para pendeta Siwa dan Buddha. Dalam prasastiyang dikeluarkan pada tahun 993 Saka, disebutkan pada sapatannya “UntukHyang Anggasti Maharsi dan para Dewa yang lainnya”. Raja yang terakhir yang memerintah di Bali adalah Raja Paduka SriAstasura Bhumi Banten yang memerintah tahun 1332–1343 M. Beliaudikenal dengan Raja Bedaulu. Gajah Mada datang ke Bali dan menaklukkankerajaan Bali pada masa itu. Pemerintahan di Bali digantikan oleh raja-raja yang dikirim dari Majapahit, raja yang pertama memerintah Bali yangdikirim dari Majapahit adalah Raja Krisna Kepakisan. Pusat pemerintahan yang pada mulanya di Desa Samprangan dipindahkanke Gelgel. Pada jaman pemerintahan Dalem Waturenggong didampingi olehPurohita yang bernama Dang Hyang Nirartha. Pendeta ini terkenal denganusahanya menata kembali keagamaan di Bali, yakni agama Hindu. Bab 5 Peninggalan Sejarah Agama Hindu di Indonesia 141Berikut beberapa peninggalan sejarah agama Hindu di Bali.• Prasasti BlanjongPrasasti Blanjong ditemukan di daerah Blanjong menggunakan Bahasa BaliKuno berangka tahun 835 Masehi. PrasastiBlanjong diperkirakan dibuat pada jamanRaja Sri Kesari, karena pada prasasti tersebutdituliskan nama Sri Kesari yang pertama kalimempergunakan gelar Warmadewa. Gambar Prasasti Blanjong. Sumber 2019• Candi Gunung KawiRaja Anak Wungsu dikenal sebagai raja yang welas asih terhadap dalam menjalankan pemerintahannya senantiasa memikirkankesempurnaan dunia yang dikuasainya. Beliau juga berhasil mewujudkankerajaan yang aman, damai, dan sejahtera. Saat itu penganut agama Hindudapat hidup berdampingan dengan agama Buddha. Anak Wungsu sempatpula membangun sebuah kompleks percandian di Gunung Kawi sebelahselatan Istana Tampak Siring Candi tersebut merupakan peninggalanterbesar di Bali. Atas perannya yang gemilang itu, Anak Wungsu kemudiandianggap rakyatnya sebagai penjelmaan Dewa Hari Dewa Kebaikan. Gambar Candi Gunung Kawi Sumber Pande 2021142 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti untuk SMP Kelas VIIMari MenganalisisPeninggalan-peninggalan sejarah di Bali yang telah kalian pelajarimerupakan bukti adanya penyebaran agama Hindu di Bali. Untuk lebihjelasnya, perhatikan analisis Prasasti Blanjong merupakan peninggalan Raja Sri Kesari dan Raja yang pertama kali memakai gelar Warmadewa. Sampai sekarang peninggalan tersebut dijadikan tempat sembahyang oleh umat Hindu di Bali sekarang Pura Sakenan.2. Pada Candi Gunung Kawi terdapat kalimat, “Atas perannya yang gemilang itu, Anak Wungsu kemudian dianggap rakyatnya sebagai penjelmaan Dewa Hari.” Sebutan “dewa” adalah sebutan dalam ajaran agama Hindu. Selain itu, masih banyak peninggalan sejarah Hindu yang masih eksis dijadikan tempat persembahyang oleh umat Hindu, seperti Pura Besakih, Pura Penataran Sasih Nekara Bulan Pejeng, dan lain sebagainya. Kegiatan Bersama Orang TuaSetelah mempelajari peninggalan sejarah agama Hindu di Bali, komunikasikandengan orang tua kalian dan tunjukkan hasil kegiatan/aktivitas kaliankepada mereka. Mintalah saran dan pendapat dari orang tua kalian untukperbaikan kalian ke Releksi• Sejauh mana kalian memahami peninggalan sejarah agama Hindu di Indonesia?• Apakah kalian menemui kesulitan dalam mempelajari materi bab ini?• Perubahan apa yang akan kalian lakukan setelah kalian memahami peninggalan agama Hindu di Indonesia? Bab 5 Peninggalan Sejarah Agama Hindu di Indonesia 143F. AsesmenI. Berilah tanda silang  pada huruf a, b, c, atau d!1. Lapangan suci tempat memuja Dewa Siwa pada masa kerajaan Kutai disebut .. a. Yupa b. Ciaruteun c. Waprakeswara d. Muarakaman2. Perhatikan pernyataan berikut! 1 Yupa Muarakaman I tertulis 12 baris, menceritakan silsilah Raja Mulawarman. 2 Yupa Muarakaman II merupakan yupa tertinggi di antara tujuh yupa yang ditemukan, terdiri 7 baris, menceritakan tentang Sri Mulawarman. 3 Yupa Muarakaman II menceritakan Sri Mulawarman sebagai raja mulia dan terkemuka yang telah menyedekahkan ekor sapi untuk kaum brahmana. 4 Yupa Muarakaman IV terdiri atas 10 baris pahatan, namun aksaranya telah aus sehingga sulit untuk dibaca isinya. Pernyataan yang benar ditunjukkan pada nomor .. a. 1 dan 2 b. 1 dan 3 c. 1 dan 4 d. 2 dan 43. Pada masa pemerintahan Raja Purnawarman yang ke-22, digalilah Sungai Gomati di dekat sungai Chandrabaga selama 21 hari dan diakhiri dengan penyerahan 1000 ekor lembu/sapi kepada kaum brahmana. Hal ini adalah isi dari prasasti .. a. Ciaruteun b. Muara Cianten c. Jambu d. Tugu144 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti untuk SMP Kelas VII4. Perhatikan pernyataan berikut! “Vikrantyasyah vanipateh, Cri Pateh Purnawarman Tarumanagarandrasa, visnor iva, Padadwayani”. Terjemahan Kedua telapak kaki yang seperti telapak kaki sang Dewa Wisnu adalah telapak kaki Raja Purnawarman, raja dari negeri Tarumanagara yang gagah berani. Pernyataan di atas adalah isi dari Prasasti .. a. Ciaruteun b. Kobonkopi c. Pasir Awi d. Jambu5. Salah satu prasasti Kerajaan Tarumanagara berisi lukisan tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata. Hal ini terdapat pada Prasasti .. a. Pasir Awi b. Kebonkopi c. Jambu d. Muara Cianten6. Candi Prambanan dibangun sebagai persembahan kepada .. a. Dewa Brahma b. Dewa Wisnu c. Dewa Siwa d. Dewa Tri Murti7. Salah satu peninggalan kerajaan di Jawa Tengah adalah Candi Dieng. Candi Dieng merupakan candi Hindu beraliran .. a. Brahma b. Siwa c. Wisnu d. Bairawa Bab 5 Peninggalan Sejarah Agama Hindu di Indonesia 1458. Berdasarkan informasi dari kitab Negarakertagama dan Pararaton, Candi Jago memiliki nama asli Jajaghu yang berarti .. a. keagungan b. kebesaran c. keikhlasan d. kejayaan9. Salah satu Candi yang diduga dibangun pada akhir Kerajaan Majapahit dan dijadikan lokasi ziarah umat Hindu dan area pemujaan adalah Candi .. a. Sukuh b. Jago c. Cetho d. Gunung Sari10. Salah satu prasasti yang menggunakan tahun Candrasangkala yang berbunyi ”sruti indria rasa” adalah . a. Tukmas b. Yupa c. Dinoyo d. CanggalII. Soal Pilihan Ganda Kompleks1. Berilah tanda centang  pada pilihan jawaban yang tepat. Kalian dapat memilih lebih dari satu jawaban!No Pernyataan Peninggalan Agama Hindu1 Yupa peninggalan sejarah Prasasti Karyasastra Candi Hindu di Kalimantan Timur2 Kitab Negarakertagama salah satu peninggalan Hindu jaman kerajaan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti untuk SMP Kelas VIINo Pernyataan Peninggalan Agama Hindu3 Bangunan Hindu terbesar Prasasti Karyasastra Candi di Jawa Tengah sekarang sebagai objek wisata4 Kitab Pararaton isinya riwayat raja-raja Singosari dan Blanjong salah satu peninggalan Raja Sri Kesari Warmadewa 6 Kitab Usana Jawa, Usana Bali, Pamancanggah, Tantu Pagelaran, Calon Arang, Kerawasrama, Bhubhuksah, Tantri Kamandka dan Panca Beri tanda centang  pada kotak di depan pernyataan untuk jawaban- jawaban yang benar. Berikut adalah Peninggalan sejarah agama Hindu di Jawa Prasasti Dinoyo dibuat pada jaman Kerajaan Kanjuruhan2 Prasasti Canggal menggunakan tahun Candrasangkala yang berbunyi “Sruti Idria Rasa”3 Candi Singasari peninggalan Kerajaan Singasari4 Candi Kidal salah satu peninggalan Kerajaan 5 Peninggalan Sejarah Agama Hindu di Indonesia 147III. Kerjakan soal berikut dengan singkat dan tepat!1. Tuliskan lima Candi peninggalan Hindu di Jawa Tengah!2. Apakah isi Prasasti Dinoyo? Jelaskan pendapatmu!3. Tuliskan lima jenis peninggalan Kerajaan Majapahit berupa kesusastraan/ karya sastra!4. Tuliskan silsilah Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur!5. Apakah bukti perkembangan Agama Hindu di Jawa Barat? Jelaskan bukti-buktinya!G. PengayaanUntuk menambah wawasan tentang peninggalan agama Hindu di Indonesia,bacalah referensi yang terkait dengan Sejarah Perkembangan Agama Hindudi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti untuk SMP Kelas VIIIndeksA Dharma Udayana 141 Dharmayatra 18Adwaita Wedanta 32, 35 Dwaita wedanta 35Airlangga 136, 141 Dwapara yuga 23Anak Wungsu 141, 142, 143̄nandamaya Kosa 39, 52 GAnnamaya Kosa 39, 52, 152Antakarana Sarira 42 Gajah Mada 134, 141Arthasastra 2, 6, 19, 20, 26, 27, 152 Gandharwaweda 6, 22, 26, 27, 28, 29Asta Dasa Parwa 8Atharwa Weda 4, 91, 92 H̄tm̄n 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, Hindu 160 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 54, 61, 152, 153, 154 IAyurweda 2, 6, 21, 22, 26, 27, 28, 29, 152 Itihasa 2, 5, 6, 7, 17, 26, 27, 28, 29, 30, 152B JBrahman 32, 33, 34, 35, 42, 47, 54, 58, 152, 154 Jiw̄tm̄n 32, 40, 43, 46, 48, 51C KCalon Arang 136, 139, 147 Kakawin Ramayana 7Canang 88, 93, 94, 95, 96, 97 Kali yuga 23Candi Arjuna 127, 128 Kamasastra 2, 6, 23, 26, 28, 152Candi Brahma 127 Kanistamaning madhyama 93, 109Candi Cetho 128 Kautilya 20Candi Dieng 128, 145 Ken Arok 133Candi Gunung Kawi 142, 143 Ken Dedes 133Candi Kidal 136, 147 Kerajaan Kediri 132, 133, 136Candi Lawang 137, 138 Kerajaan Kutai 112, 113, 115Candi Prambanan 111, 112, 125, Kerajaan Salakanagara 117 Kerajaan Singhasari 132, 133 126, 145 Kerta/satya yuga 23Candi Singosari 137, 138 Kitab Agama 2, 6, 23, 28Candi Sukuh 129 Kitab Baratayuda 135 Kitab Kresnayana 135D Kitab Lubdaka 136 Kitab Smaradahana 135Dandaniti 20Dewadasasahasri 22 149M Prasasti Jambu 119, 122 Prasasti Kalasan 124Madyaning madhyama 93 Prasasti Kebonkopi 120, 122Mahabharata 6, 7, 8, 12, 17, 24, 26, Prasasti Muara Cianten 120, 121, 28, 30, 131, 153 123Mahadewi 140, 141 Prasasti Pasir Awi 121Maharsi Walmiki 7 Prasasti Sojomerto 131Maharsi Wyasa 7, 24 prasasti Tugu 116, 118Majapahit 128, 132, 134, 136, 137, Prasasti Tugu 118, 123 Prasasti Tukmas 112, 129, 131 141, 146, 147, 148, 155 Prasasti Yupa 113, 115Manomaya Kosa 39, 153 Pratisarga 18, 153Manwantara 18 Purana 2, 5, 6, 18, 19, 24, 26, 27, 28,Marakata 141Mataram Kuno 124, 125 30, 153, 154, 156Mulawarman 112, 113, 114, 115, 144N RNatyasastra 22 Rajadharma 20Natyawedagama 22 Raja Hayam Wuruk 134Nitisastra 20, 153 Raja Purnawarman 116, 118, 119,P 120, 144, 145 Raja Sanjaya 124, 130Palemahan 61, 63, 64, 74, 83, 84, 85, Rajasika Purana 19, 28, 30, 153 153 Raja Sri Kesari 140, 142, 143, 147 Rakai Pikatan 125, 126Panca budhindriya 41, 53 Ramayana 6, 7, 9, 11, 12, 17, 27, 30,panca karmendriya 42, 43, 51, 104Panca mahabhuta 40 126, 127, 131, 152, 153Pancasila vii, 64, 65, 66, 67, 69, 71, Rasaratnasamuscaya 22 Rasarnawa 22 73, 74, 75, 76, 80, 85, 86, 155Parahyangan 56, 61, 62, 64, 74, 83, S 84, 85, 153 Sapta Kanda 7, 29Pawongan 61, 62, 64, 74, 83, 84, 85, Sarascamuscaya 4, 47, 54 Sarga 7, 18, 153 86, 153 Smrti 3, 21, 24, 26, 29, 153, 154Pr̄ṇamaya Kosa 39 Sri Gunapria Darmapatni 141Prasasti Blanjong 112, 140, 142, 143 Sri Maharaja Sriwijaya 140, 141Prasasti Canggal 112, 124, 130, 131, Sruti 3, 5, 24, 130, 131, 146, 147, 153 Suksme sarira 41 147Prasasti Ciaruteun 118, 119Prasasti Cidanghiang 122Prasasti Dinoyo 135, 138, 147, 148Prasasti Hantang 134, 138150TTamasika Purana 19, 27, 28, 154Tarumanagara 116, 117, 122, 123, 145Tirtayatra 18Treta yuga 23Tri Hita Karana vii, viii, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 64, 65, 74, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 86, 154, 155Tunggul Ametung 133UUpacara 57, 97, 98, 108, 155, 156Upakara viii, 87, 88, 89, 90, 91, 93, 98, 99, 100, 106, 107, 108, 109, 154, 155Upaweda vii, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 154Utamaning madhyama 93VVijñ̄namaya Kosa 39WWamsa 18Waprakeswara 112, 113, 114, 115, 144Warmadewa 140, 141, 142, 143, 147Watsyayana 23Weda 152, 153, 154, 156Wisistadwaita Wedanta 154 151GlosariumArca patung yang terbuat dari batu yang berbentuk manusia atau wedanta memahami ̄tm̄n sebagai Brahman seutuhnya sehingga ̄tm̄n mempunyai sifat yang sama dengan Kosa Lapisan badan yang paling luar, yang terbentuk dari sari- sari makananArthasastra cabang Weda yang berisi ilmu politik atau ilmu percikan terkecil dari Hyang Widhi Wasa/ bagian Catur Weda yang berisi tentang ilmu kesehatan atau ilmu bangunan kuno yang dibuat dari batu sebagai tempat pemujaan, penyimpanan abu jenazah raja-raja, dan pendeta-pendeta Hindu atau Buddha pada jaman dulu.Dharma Kebenaran atau pebuatan yang Wedanta memahami bahwa ̄tm̄n berjumlah sangatlah banyak. ̄tm̄n yang satu berbeda dengan ̄tm̄n yang weda cabang Weda yang berisi tentang ilmu seni cabang Weda yang berisi tentang epos merupakan bagian dari kitab sastra kesusastraan Ilmu atau pengetahuan tentang segala hal yang bertalian dengan cabang Weda yang menguraikan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan asmara, seni, atau rasa sarana upakara upacara yadnya yang sederhanaMadhyama upakara upacara yadnya yang sedang menengah.152Mahabharata cerita epos dari India yang susun oleh Rsi Wyasa yang menceritakan pertempuran keluarga Kosa adalah lapisan manah/pikiran yang membungkus jiwa/ masa perubahan Kitab yang berisi tentang ilmu hubungan yang harmoni antara manusia dengan Hyang Widhi WasaParwa merupakan bagian dari kitab hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusiaPr̄namaya Kosa pranamaya kosa sebagai sarung vital. Lapisan inilah yang memberikan nafas/ batu bertulis peninggalan jaman berisi tentang masa penciptaan alam semesta cabang Weda yang berisi tentang tentang cerita-cerita kuno atau masa Purana Kelompok R̄jasika ini, mengutamakan Dewa Brahma sebagai cerita epos atau berisi tentang penciptaan alam semesta yang Purana Kelompok Pur̄na ini mengutamakan Wisnu sebagai Wahyu langsung dari Hyang Widhi Wasa/ Weda yang disusun berdasarkan ingatan. 153Tamasika Purana Menurut isinya, Kitab Pur̄na ini banyak memuat penjelasan Dewa Siwa dengan segala Awataranya, di samping itu terdapat pula Dewa Wisnu, seperti dalam Kurma Hita Karana tiga penyebab Manggalaning yadnya tiga unsur yang terlibat dalam pelaksanaan yadnyaUpakara segala sesuatu yang berhubungan erat dengan pekerjaan tangan, yang materinya terdiri atas daun, bunga, buah-buahan, air, dan dalain- kitab kedua dari Weda besar, jika berkaitan dengan upakara bantennya merupakan pengembangan atau penambahan dari tingkat madyama sehingga menjadi lebih berisi tentang keturunan raja-raja atau dan diskripsi keturunan yang akan lapangan suci untuk memuja Dewa Siwa, peninggalan Kerajaan Wedanta memahami ̄tm̄n sebagai bagian dari PustakaBh̄sya Of S̄yan̄c̄rya, 2005, Atharvaveda Samhita II, Paramita Surabaya________________________, Rg Veda Samhita Sakala Sakha Mandala VIII, IX, X. Paramita SurabayaDuwijo, 2017, Buku Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas IV, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Taufiq El-Jaquene, 2020, Hitam Putih Pajajaran, Araska, Bantul YogyakartaDwaja, I Gusti Ngurah dan MudanaI Nengah, 2017, Buku Pendidikan Agama Hindu dan Buku Pekerti Kelas XII, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, KemendikbudJaman, I Gede, 2006, Tri Hita Karana dalam Konsep Hindu, PT. Offset BP DenpasarLukman Surya, Ida Rohayani, dan Salikun, 2017, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas VIII, Kementeria Pendidikan dan Kebudayaan JakartaMidastra, I Wayan, 2007, Buku Pelajaran Agama Hindu Untuk Kelas VIII, Widya Buku Pelajaran Agama Hindu Untuk Kelas IX, Widya Dharma-DenpasarSumarto, dkk, 2013, Panca Yadnya Watone Sesaji Jawa Sanyata, Media Hindu, Mardiyono, 2020, Sejarah Kelam Majapahit, Araska, Bantul Nyoman S. 2002. Bhagavad-Gita, CV. Pelita Nusantara Lestari Griffith, 2005. S̄ma Veda Samhit̄, Paramita I Wayan, dkk. 2012, Buku Pedoman Praktis Upakara Banten dalam Upacara Yajna, Yayasan Dharma Pinandita Jakarta. 155Restu Gunawan, dkk. 2017, Sejarah Indonesia, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Tjok Rai. 2018, Sarasamuccaya Terjemahan Bahasa Indonesia, ESBE Buku Denpasar Tjokorda Rai. 2012. Slokantara. Denpasar ESBE Buku 2012, Menawa Dharmasastra Manu Dharmasastra, Widya Dharma Denpasar__________________. 2018, Sarasamuccaya, ESBE Buku DenpasarSudirga, Ida Bagus dan Yoga Segara, I Nyoman. 2017. Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Kelas X, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Komang. 2017, Buku Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VIII, Kementerian Pendidikan dan Pokja PSN. 2012, Buku Pedoman Praktis Upakara Banten dalam Upacara Yajna, Yayasan Dharma Pinandita JakartaTitib, I Made. 2003. Purana Sumber Ajaran Hindu Komprehensip, Pustaka Mitra Jaya Jakarta__________, 2001. Pengantar Weda, hanoman sakti Jakarta,Chawdhri, 2003, Rahasia Yantra, Mantra & Tantra, Paramita Giri MC. 2010, SAJEN & Ritual Orang Jawa, Narasi yogyakartaWebsite 157Profil PenulisNama Drs. I Gusti Agung MadeE-mail Swebawa, Kantor [email protected]Bidang Keahlian Bintaro Jaya Sektor 9. Jl. Raya Jombang-Ciledug, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Pendidikan Agama Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar1. S1. STKIP Agama Hindu Singaraja-Bali 1987–19912. S2. Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2006–2008Riwayat Pekerjaan/Profesi dalam 10 Tahun terakhir1. SMA Pembangunan Jaya Bintaro 1998–20162. Tim Teknis Mata Pelajaran Direktorat PSMP 2005–20093. SD-SMP Pembangunan Jaya Bintaro 1996–20204. Tim Teknis Mata Pelajaran Direktorat PSMP 2005-20095. SD-SMP Budi Luhur Karang Tengah Ciledug, Tangerang 2010–20166. SD-SMA British School Jakarta 2015–sekarangJudul Buku dan Tahun Terbit dalam 10 Tahun Terakhir1. Modul Pendidik Agama Hindu kelas VIII, Direktorat PSMP 2007158Profil PenelaahNama Dr. I Made Sedana, HinduEmail [email protected]Bidang Keahlian MengajarRiwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar1. S1 STKIP Negeri Singaraja2. S2 Undiksha Singaraja3. S3 IHDN Denpasar4. S3 Undiksha SingarajaRiwayat Pekerjaan/Profesi dalam 10 Tahun terakhir1. SMK Negeri 3 Denpasar, Guru, 2000-20062. SMK Negeri 2 Singaraja, Guru, 2006-20123. UPP Kecamatan Sukasada, Kepala, 2012-20154. LPSM Panji Sakti, Direktur, 1997-19995. Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, Kabid Dikmen, 2015-20176. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buleleng, Kabid PSMP, 2017-20197. STAH N Mpu Kuturan, Dosen PNS, 2019-sekarang8. Jurusan Dharma Duta STAH N Mpu Kuturan Singaraja, Ketua Jurusan, 2019- sekarang 159Profil PenelaahNama Prof. Dr. I Wayan -Bidang Keahlian MengajarRiwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar1. S1 Prodi Pendidikan Kimia di Universitas Udayana Tahun 19862. S2 Prodi Kajian Budaya Universitas Udayana Tahun 20003. S3 Prodi Universitas Udayana Tahun 2012Riwayat Pekerjaan/Profesi dalam 10 Tahun Terakhir1. Mengajar di Universitas Hindu Indonesia Sebagai Dosen Karya Tulis yang Dihasilkan dalam 10 Tahun Terakhir1. Buku Monograf Pergulatan Pemikiran Cendekiawan Hindu Perspektif Kritis Sebuah Bunga Rampai “Pembelajaran Modernisasi Yang Bertradisi”;2. Buku “Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Sebagai Ideologi Serta Praktik Hidden Curriculum Di Sekolah Menengah Atas”;3. Buku “Transformasi Kearifan Lokal Dan Pendidikan Karakter Dalam Pertunjukan Wayang Cenk Blonk”;4. Buku “Pergeseran Substansi Dharma Pemaculan Oleh Revolusi Hijau Dan Implikasinya Terhadap Budaya Agraris Dan Sistem Pendidikan Keagamaan Hindu Di Bali”5. Artikel “Indahnya Pelangi Karena Perbedaan Cita-Cita Universal Menuju Masyarakat Komunikatif”;6. Artikel “Production of Knowledge and Dominant Race Interests”;7. Artikel “Fungsi Agama Dalam Mengatasi Krisis Pada Era Kesejagatan”;8. Artikel “Pandangan Agustinus Tentang Hubungan Manusia dengan Moral/Etika Sebuah Perbandingan”;9. Artikel “Demokrasi Di Layar Wayang Cara Baru Mentransformasi Ajaran Kepemimpinan Hindu”;10. Artikel “Demokrasi Di Layar Wayang Cara Baru Mentransformasi Ajaran Kepemimpinan Hindu”;11. Artikel “Balinese Art and Tourism Promotion From the 1931 Paris Colonial Exposition’ to the Contemporary Paris Tropical Carnival’”;12. Artikel “Acculturation and Its Efects on the Religius and Ethnic Values of Bali’s Catur Vilage Community”.160Profil PenyuntingNama Yukharima Minna Budyahir, [email protected]Akun Facebook Yukha BudyahirBidang Keahlian Menyunting naskahRiwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar1. S-1 Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran BandungRiwayat Pekerjaan/Profesi dalam 10 Tahun Terakhir1. 2005–2007 Penerbit Regina Bandung sebagai Editor2. 2007–2008 Penerbit Regina Bogor sebagai Editor3. 2011–2013 Penerbit Bintang Anaway Bogor sebagai Editor4. 2008–2015 Penerbit Kawan Pustaka sebagai Editor Lepas5. 2012–Sekarang Penerbit Bukit Mas Mulia sebagai Editor Lepas6. 2013–2015 Penerbit C Media sebagai Editor Lepas7. 2015–Sekarang Penerbit B Media sebagai Editor Lepas8. 2015–2019 Penerbit Yudhistira sebagai Editor Lepas9. 2017–Sekarang Penerbit Eka Prima Mandiri sebagai Editor Lepas10. 2019–Sekarang Penerbit Sarana Panca Karya Nusa sebagai Editor LepasJudul Buku yang Disunting dalam 5 Tahun Terakhir1. 2015 Basa Sunda SMP Kelas 7–9, Penerbit Yudhistira2. 2015 Basa Sunda SMA Kelas 10–12, Penerbit Yudhistira3. 2016 Asyiknya Naik Kereta Api Cergam, Penerbit Bukit Mas Mulia4. 2016 Narkoba No Belajar Yes, Penerbit Bukit Mas Mulia5. 2017 LKS Basa Sunda Kelas 1–12, Penerbit hursina6. 2018 Buku Aktiitas untuk PAUD, Penerbit Bukit Mas Mulia7. 2018 Komunikasi Bisnis SMK Kelas X, Penerbit Yudhistira8. 2018 Pengetahuan Bahan Makanan SMK Kelas X, Penerbit Yudhistira9. 2018 Front Oice untuk SMK Kelas XI, Penerbit Yudhistira10. 2018 Laundry untuk SMK Kelas XI, Penerbit Yudhistira11. 2018 Buku Tematik Kelas IV Tema 8 dan 9, Penerbit Eka Prima Mandiri12. 2018 Buku Tematik Kelas IV Tema 9, Penerbit Sarana Panca Karya Nusa13. 2020 Pembelajaran M Kabupaten Kota Waringin Timur untuk SMP Kelas 9, Penerbit Eka Prima Mandiri14. 2020 Desa Sungai Piring, Desa Tangguh Bencana, Penerbit Eka Prima Mandiri15. 2020 Let's Enjoy English for Islamic Primary School Year 2, Penerbit Bukit Mas MuliaInformasi Lain1. Mengikuti Uji Sertiikasi Penyuntingan Naskah LSP PEP dengan hasil Kompeten 2020. 161Profil IlustratorNama Pande Putu Arta Darsana, HP/WA 082144445238Email pandeputuart[email protected]Facebook Pande Arta DarsanaInstagram SD Bali Public School DenpasarBidang Keahlian Seni RupaRiwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar1. S1 Pendidikan Seni Rupa, UNDIKSHA Universitas Pendidikan Ganesha 2005-2010Riwayat Pekerjaan/Profesi dalam 10 Tahun Terakhir2. Owner Semutapi Creatif Studios tahun 20143. Guru Seni Budaya dan Prakarya di SD Bali Public School DenpasarProfil Penata Letak DesainerNama Dono MerdikoEmail [email protected]Kantor -Bidang Keahlian Desainer BukuRiwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar1. D3 Pendidikan Manajemen Informatika, Bina Sarana Informatika 1999– 2002Riwayat Pekerjaan/Profesi dalam 10 Tahun Terakhir1. Desainer Buku, Penerbit Mizan2. Desainer Buku, Penerbit Noura Book3. Desainer Buku, Penerbit Kasyaf4. Desainer Buku, Tematik Kurikulum 2013, Penerbit Pusat Kurikulum dan Perbukuan162 Perkembangan Kebudayaan Masa Hindu-Buddha .... 77 4 Gatotkacasraya, dikarang oleh Mpu Panuluh. Isinya menceritakan perkawinan Abimanyu, putra Arjuna, dengan Siti Sundari atas bantuan Gatotkaca, putra Bima. Cerita ini ditulis pada zaman pemerintahan Jayabaya. Dalam kitab inilah pertama kalinya muncul dewa-dewa asli Jawa yang disebut Punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong yang berperan besar dalam penyelamatan tokoh yang dilindunginya. Punakawan ini selalu mengiringi Arjuna. Punakawan lainnya adalah Jurudyah Prasanta dan Punta, keduanya mengiringi Abimanyu. 5 Bhomakarya, pengarangnya tidak jelas. 6 Smaradhahana, dikarang oleh Mpu Dharmaja. Kitab ini mengisahkan hilangnya suami istri, Dewa Kama dan Dewi Ratih, karena api yang keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa. Kama dan Ratih menjadi manusia dan mengembara di dunia untuk menggoda manusia. Kitab ini dibuat pada masa pemerintahan Kameswara. Dalam kitab Smaradhahana, Kameswara dianggap sebagai titisan Dewa Kama. Istri Kameswara yang bernama Sri Kirana, putri dari Kerajaan Jenggala yang cantik, dianggap sebagai titisan Dewi Ratih. Dalam kesusastraan Jawa, Kameswara disebut sebagai Panji Asmoro Bangun, Panji Inu Kertapati, atau Panji Kudawanegpati. Adapun Sri Kirana disebut sebagai Candhrakirana. Hubungan antara kedua sejoli itu menjadi dasar cerita ini. 7 Wrttassancaya dan Lubdhaka, dikarang oleh Mpu Tanakung. 8 Kitab sastra Ling Wai Taita, disusun oleh Chou Ku Fei. Kitab ini merupakan tulisan dari negeri Cina yang disusun oleh Chou Ku Fei yang berisi mengenai gambaran kehidupan, tata pemerintahan, dan keadaan istana atau benteng pada masa Kerajaan Kediri. Selain itu, diceritakan pula kondisi kemakmuran negara. Raja memakai sepatu yang terbuat dari kulit, perhiasan emas, pakaian sutra, serta menunggang gajah atau kereta. Kitab ini juga menceritakan adanya pesta air laut dan perayaan di gunung bagi rakyat. 9 Kitab Chu Fang Chi, ditulis oleh Chan Ju Kua dalam bahasa Cina pada abad ke-13 yang menceritakan bahwa di Asia Tenggara tumbuh dua kerajaan besar dan kaya, yaitu Jawa dan Sriwijaya. Kitab ini juga menceritakan keadaan tanah jajahan dan sifat rakyat kedua negara tersebut. 3. Keadaan budaya pada masa Kerajaan Singasari Pada masa Kerajaan Singasari, kebudayaan lebih banyak bersifat fisik. Peninggalan- peninggalan yang ditemukan umumnya berupa candi dan patung. Candi-candi tersebut adalah candi Kidal, candi Jago, dan candi Singasari. Adapun patung-patung yang ditemukan adalah patung Ken Dedes yang diwujudkan dalam wujud Prajnaparamita lambang kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam wujud Joko Dolog yang ditemukan dekat Surabaya, dan patung Amoghapasha yang merupakan perwujudan Kertanegara yang dikirim ke Darmasraya ibu kota Kerajaan Melayu. Patung Amoghapasha sekarang dapat dilihat di Museum Nasional Museum Gajah Jakarta. Kedua patung perwujudan Kertanegara, baik Joko Dolog maupun Amoghapasha, menunjukkan bahwa Raja Kertanegara menganut agama Buddha beraliran Tantrayana tantrisme. Di unduh dari 78 Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI Bahasa 4. Keadaan budaya dan kemajuan sastra pada masa Kerajaan Majapahit a. Kehidupan kebudayaan Perkembangan kebudayaan di Kerajaan Majapahit dapat diketahui dari peninggalan- peninggalan berupa candi. Candi-candi peninggalan Kerajaan Majapahit, antara lain, candi Panataran di Blitar, candi Tegalwangi dan Suranana di Pare Kediri, candi Sawentar di Blitar, candi Sumber Jati di Blitar, candi Tikus di Trowulan, dan pintu gerbang Trowulan di Mojokerto. b. Kehidupan sastra Zaman Majapahit menghasilkan banyak karya sastra. Periodisasi sastra masa Majapahit dibedakan menjadi dua, yaitu sastra zaman Majapahit awal dan sastra zaman Majapahit akhir. 1 Zaman Majapahit awal Karya sastra zaman Majapahit awal adalah kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca 1365, kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, kitab Arjunawiwaha karangan Mpu Tantular, kitab Kutaramanawa karangan Gajah Mada, kitab Kunjarakarna anonim, dan kitab Prathayajna anonim. a Kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca ditulis pada tahun 1365, yaitu pada zaman Raja Hayam Wuruk. Kitab ini sangat penting untuk menge- tahui keadaan Kerajaan Singasari pada zaman Ken Arok sampai zaman pemerintahan Hayam Wuruk di Majapahit. Negarakertagama merupakan catatan sejarah yang menguraikan secara terperinci kota Majapahit, wilayah jajahan, candi-candi, dan perja- lanan Hayam Wuruk ke hampir seluruh wilayah Jawa Timur. Di dalamnya juga ditulis mengenai tata pemerintahan, ibu kota, agama, serta upacara Sraddha upacara menghormati roh nenek moyang dengan mendatangi tempat-tempat leluhur yang dilakukan oleh Hayam Wuruk untuk menghormati roh nenek moyangnya, serta untuk penghormatan kepada nenek Gayatri. b Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular menceritakan Sutasoma, putra raja yang meninggalkan keduniawian dan mendalami agama Buddha. Ia rela mengorbankan diri demi keselamatan sesama. Bahkan seorang raksasa yang gemar makan manusia telah diinsafkan menjadi pemeluk agama Buddha. Dalam kitab ini, terdapat kalimat Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa, yang artinya tidak ada agama yang mendua, melainkan satu, yakni Hindu- Buddha. Sumber Indonesia Indah, Aksara Gambar Prasasti Negarakertagama peninggalan Singasari di tahun 1273 Saka Di unduh dari Perkembangan Kebudayaan Masa Hindu-Buddha .... 79 c Kitab Arjunawiwaha karangan Mpu Tantular menceritakan kisah Raja Arjunasasrabahu dan Patih Sumantri melawan raksasa Rahwana. d Kitab Kutaramanawa, ditulis oleh Gajah Mada. Kitab hukum ini disusun berdasarkan kitab hukum yang lebih tua, yakni Kutarasastra dan kitab hukum Manawasastra , yang kemudian disesuaikan dengan hukum adat pada masa itu. e Kitab Kunjarakarna, tidak diketahui nama pengarangnya. f Kitab Parthayajna, tidak diketahui pengarangnya. 2 Zaman Majapahit akhir Karya sastra zaman Majapahit akhir ditulis dengan bahasa Jawa dalam bentuk tembang kidung dan gancaran prosa. Karya-karya sastra pada zaman ini adalah kitab Pararaton yang berisi tentang riwayat raja-raja Majapahit, kitab Sundayana berisi tentang Peristiwa Bubat, kitab Sorandaka menceritakan tentang Pemberontakan Sora di Lumajang, kitab Ranggalawe tentang Pemberontakan Ranggalawe dari Tuban, kitab Panji Wijayakrama berisi tentang riwayat Raden Wijaya, kitab Usana Jawa menceritakan tentang penaklukkan Bali oleh Gajah Mada, kitab Usana Bali mengisahkan tentang kekacauan Bali akibat keganasan Maya Danawa, kitab Pamancangah , kitab Panggelaran, kitab Calon Arang, kitab Korawasrama, Carita Parahyangan, Babhuksah, Tantri Kamandaka, dan Pancatantra. Berikut karya-karya sastra yang terpenting. a Kitab Pararaton menceritakan riwayat raja-raja Singasari dan Majapahit. Karena kitab ini terlalu banyak mengandung mitos, kebenaran isinya sekarang sering kali diabaikan. Sampai sekarang, pengarang kitab ini belum diketahui sehingga dianggap anonim. Kitab ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi riwayat Ken Arok dari lahir sampai menjadi raja, sedangkan bagian kedua berisi kisah sejarah Kerajaan Majapahit mulai dari Raden Wijaya, Jayanegara, pemberontakan Ronggolawe dan Sora, Perang Bubat, dan daftar nama raja-raja sesudah Hayam Wuruk. b Kitab Sundayana menceritakan Peristiwa Bubat. Penulisnya tidak dikenal. Kitab ini menceritakan tentang Perang Bubat antara Majapahit dan Pajajaran di Lapangan Bubat, Majapahit. Perang tersebut terjadi sewaktu Raja Pajajaran Sri Baduga Maharaja datang ke Majapahit untuk mengantarkan putrinya Dyah Pitaloka yang dipersunting Hayam Wuruk. Namun, setelah rombongan menginap di Bubat, Hayam Wuruk yang semula berniat mengambil Dyah Pitaloka sebagai permaisuri mengubah rencananya. Akibat pengaruh Gajah Mada, Hayam Wuruk hanya akan menjadikan Dyah Pitaloka sebagai selir. Hal ini mengundang kemarahaan Sri Baduga Maharaja dan terjadilah Perang Bubat. Sumber Indonesia Indah, Aksara Gambar Kitab Walandit, telah menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuno, ditemukan di Tengger, Jawa Timur Di unduh dari 80 Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI Bahasa c Kitab Tantu Panggelaran tidak diketahui pengarangnya. Kitab ini menceritakan Batara Guru menugasi para dewa untuk mengisi Pulau Jawa dengan penduduk. Namun, pulau itu guncang sehingga para dewa kemudian memindahkan Gunung Mahameru di India ke Jawa. Dalam proses pemindahannya, beberapa bagian tercecer sepanjang Pulau Jawa sehingga menjadi deretan gunung. Akibatnya Gunung Mahameru diletakkan di ujung timur Pulau Jawa dengan nama Semeru, kemudian Dewa Wisnu menjadi raja pertama di pulau itu. d Kitab Sorandaka menceritakan Pemberontakan Sora kepada Raja Jayanegara karena tersinggung atas sikap raja yang akan mengambil istrinya. e Kitab Ranggalawe menceritakan Pemberontakan Ranggalawe terhadap Raja Majapahit pada masa Raden Wijaya karena menginginkan jabatan sebagai patih di Majapahit. f Kitab Calon Arang menceritakan seorang janda bernama Calon Arang dari desa Girah yang mempunyai anak bernama Ratna Manggali. Ratna Manggali sangat cantik, tetapi belum ada seorang pemuda pun yang melamarnya menjadi istri. Hal ini membuat gusar Calon Arang. Dengan ilmu hitamnya, ia menyebarkan tenung ke seluruh negeri Airlangga. Raja Airlangga kemudian meminta Bharada untuk mengatasi hal ini dengan mengawinkan muridnya, Mpu Bahula dengan Ratna Manggali. Mpu Bahula berhasil menemukan buku sakti Calon Arang dan meng- ambilnya. Akibatnya dalam pertarungan selanjutnya, Calon Arang dikalahkan. g Kitab Panjiwijayakrama menguraikan riwayat Raden Wijaya sampai menjadi raja. h Kitab Usana Jawa berisi penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar, pemindahan Kerajaan Majapahit ke Gelgel, dan penumpasan Raja Raksasa Maya Denawa. i Kitab Usana Bali berisi tentang kekacauan di Pulau Bali akibat keganasan Maya Denawa yang akhirnya dibunuh oleh dewa. j Kitab Pamancangah menceritakan para dewa agung, nenek moyang raja Kerajaan Gelgel di Bali. k Kitab Carita Parahyangan berbahasa Sunda, ditulis akhir abad ke-16, berisi kisah raja-raja Sunda sejak zaman Mataram. Kitab ini menyebut-nyebut Sanjaya, raja Mataram pertama yang merupakan anak Raja Sanna, raja Kerajaan Galuh. Sewaktu terjadi pemberontakan oleh Rahyang Purbasora, Raja Sanna beserta keluarga dibuang ke kaki Gunung Merapi. Akhirnya, Sanjaya berhasil mengalahkan Rahyang Purbasora dan mengangkat dirinya sebagai raja. Kitab ini juga menceritakan kisah Perang Bubat. 5. Keadaan budaya dan kemajuan sastra pada masa Kerajaan Bali a. Kehidupan kebudayaan Ketika Kerajaan Bali diperintah oleh Raja Anak Wungsu, kemajuan kesenian dapat dibedakan menjadi kelompok seni keraton dan seni rakyat. Pertunjukan kesenian rakyat biasanya dilakukan berkeliling untuk menghibur rakyat. Namun, ada kalanya pula kesenian keraton ditujukan bagi masyarakat pedesaan. Hal ini dimuat dalam Di unduh dari Perkembangan Kebudayaan Masa Hindu-Buddha .... 81 Inskripsi Dalam kepercayaan Hindu-Majapahit, dikenal adanya Sang Hyang Wenang. Sang Hyang Wenang adalah dewa tertinggi dalam kepercayaan Hindu-Majapahit yang kedudukannya lebih tinggi dari Dewa Syiwa prasasti Julah yang berangka tahun 987 M yang menyebutkan adanya rombongan seni batik i Haji untuk raja maupun ambaran keliling yang datang ke desa Julah. Sangat sulit untuk mengetahui berapa jumlah pemain, namun mereka mendapat upah untuk kemampuan seni. Istilahnya patulak. Patulak untuk Agending i Haji yang datang ke desa Julah sebesar satu masaka mata uang saat itu, sedangkan untuk Agending Ambaran sebesar dua kupang. Jenis-jenis kesenian yang berkembang pada masa itu, antara lain, 1 patapukan seni topeng, 4 pamukul penabuh gemelan, 2 perwayang permainan wayang, 5 abanwal permainan badut, dan 3 bhangin peniup suling, 6 abonjing seni musik angklung. Kehidupan masyarakat di Bali dan kebudayaannya sangat lekat terpengaruh oleh agama Hindu. Agama Hindu yang berkembang di Bali ini sudah bercampur dengan unsur budaya asli. Salah satu contoh yang paling nyata dapat dilihat adalah bahwa dewa tertinggi dalam agama Hindu-Buddha bukanlah Syiwa, melainkan Sang Hyang Widhi yang sama kedudukannya dengan Sang Hyang Wenang di Jawa. Sebagai tempat suci, dahulu digunakan candi. Tetapi, sejak berdirinya Kerajaan Gelgel dan Klungkung, penggunaan candi sebagai tempat suci dihapus. Sebagai pengganti fungsi candi dibuatkan kuil berupa kompleks bangunan yang sering disebut pura. Pada waktu upacara, dewa atau roh yang dipuja diturunkan dari surga dan ditempatkan pada kuil untuk diberi sesaji sebagai penghormatan. Upacara itu, misalnya diadakan pada hari Kuningan hari turunnya dewa dan pahlawan, pada hari Galungan menjelang Tahra dan Saka, dan hari Saraswati pelindung kesusastraan. Pura dalam lingkungan kerajaan disebut Pura Dalem, bentuknya seperti candi Bentar dan dimaksudkan sebagai kuil kema- tian. Adapun untuk keluarga raja di- buatkan pura khusus yang disebut Sanggah atau Merajan. Di Bali, dewa tidak dipatungkan. Patung-patung di Bali hanya berfungsi sebagai hiasan. Adanya patung dewa di Bali diyakini sebagai bukti adanya pengaruh Jawa. Di dalam kuil dibuatkan tempat tertentu yang disediakan untuk tempat turunnya dewa atau roh nenek moyang yang telah menjalani prosesi ngaben. Ngaben adalah budaya pembakaran mayat atau tulang surga. Pembakaran mayat adalah suatu kebiasaan di India yang diadaptasi di Bali. Roh yang telah menjalai upacara ngaben dianggap telah suci. Ida Sang Hyang Widhi sebagai dewa tertinggi tidak dibuatkan pura khusus, namun pada setiap kuil dibuatkan bangunan suci untuknya berbentuk Padmasana atau meru beratap dua. Di unduh dari 82 Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI Bahasa Masyarakat Bali mengenal pembagian golongan atau kasta yang terdiri dari brahmana, ksatria, dan waisya. Ketiga kasta tersebut dikenal dengan Triwangsa. Di luar ketiga golongan tersebut masih ada lagi golongan yang disebut Jaba, yaitu anggota masyarakat yang tidak memegang pemerintahan. Tiap-tiap golongan mempunyai tugas dan kewajiban yang tidak sama dalam bidang keagamaan. b. Kehidupan sastra Masa pemerintahan Jayasaksi menghasilkan kitab undang-undang, yaitu kitab Usana Widhi Balaman dan Rajarana. Kitab ini juga dipakai pada masa pemerintahan Ratu Sakalendukirana dan penerusnya. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan, diketahui bahwa pada masa pemerintahan Jayasaksi, agama Buddha dan Syiwa berkembang dengan baik. Aliran Waisnawa juga berkembang pada waktu itu. Raja Jayasaksi sendiri disebut sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. 6. Keadaan budaya dan kemajuan sastra pada masa Kerajaan Pajajaran Kehidupan masyarakat Kerajaan Sunda dapat digolongkan menjadi seniman pemain gamelan, pemain wayang, penari, dan badut, petani, pedagang, dan sebagainya. Mata pencaharian masyarakat Sunda yang utama adalah pertanian dan perdagangan. Bukti dan petunjuk mengenai masyarakat perladangan dapat kita temukan dalam kitab Sastra Parahyangan yang menyebut-nyebut sawah di dalamnya. Kitab Sanghyang Siksakanda juga menyebutkan tentang pengaruh yang merupakan pekerjaan utama masyarakat. Alat- alat yang dipergunakan di ladang adalah beliung, kored, dan sadap. Selain kitab-kitab sastra tersebut, ada pula kitab cerita Kidung Sundayana. Kitab ini menceritakan kekalahan pasukan Pajajaran dalam pertempuran di Bubat dan gugurnya Sri Baduga Maharaja beserta putrinya, Dyah Pitaloka. Kerajaan Sunda atau Pajajaran, seperti halnya Majapahit, juga mengenal kitab Carita Parahyangan. Kitab ini menceritakan bahwa pengganti Raja Sri Baduga Maharaja setelah Perang Bubat adalah Hyang Bhumi Sora. Kesusastraan masa Pajajaran menunjukkan pengaruh Hindu yang sangat kuat di kerajaan tersebut. Pengaruh Hindu ini telah tertanam sejak zaman Tarumanegara abad ke-5 M. Hal ini dibuktikan dengan adanya arca Rajansi dan arca-arca lainnya yang ditemukan di daerah Cibuaya dari abad ke-8 dan 9 M. Diskusi Apakah contoh karya sastra masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang masih dikenal luas di daerah Anda? Bersama teman kelompok, cobalah mengupas kembali isi cerita tersebut dan buatlah susunan ceritanya pada kertas folio. Perbandingkan hasilnya dengan teman-teman dari kelompok lain, lalu buatlah kesimpulan Di unduh dari Perkembangan Kebudayaan Masa Hindu-Buddha .... 83 Inskripsi Salah satu hasil budaya Islam yang cukup terkenal dan sampai sekarang masih tetap berdiri adalah masjid Demak. Masjid ini merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan yang bercorak Islam. Masjid Demak selain kaya dengan ukir-ukiran yang bercirikan Islam juga memiliki keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya dibuat dari pecahan-pecahan kayu tatal. C. Perkembangan Tradisi Islam di Berbagai Daerah dari Abad ke-15 sampai ke-18 1. Pengaruh Islam pada bidang arsitektur Pada masa sebelum datangnya Islam, pusat-pusat pemerintahan kerajaan di Indonesia umumnya memiliki tanah lapang yang luas alun-alun. Di empat penjuru tanah lapang itu terdapat bangunan-bangunan penting, seperti keraton, tempat pemujaan, dan pasar. Jika dilihat dari sudut arsitektur, masjid kuno beratap tingkat meru misalnya beratap dua yaitu masjid Agung Cirebon, masjid Katangka di Sulawesi, masjid Muara Angke, Tambora dan Marunda di Jakarta, masjid beratap tiga yaitu, masjid Demak, Baiturrahman Aceh, masjid Jepara; masjid beratap lima yaitu, masjid Agung Banten. Masjid kuno Indonesia yang mempunyai atap bertingkat telah mengundang pendapat beberapa ahli yang mengatakan bahwa hal itu merupakan kelanjutan dari seni bangunan tradisional Indonesia lama. Ada beberapa bukti yang mendukung pendapat itu, di antaranya sebagai berikut. a. Bangunan-bangunan Hindu di Bali yang disebut Wantilan atapnya juga bertingkat. b. Relief yang ada di candi-candi pada masa Majapahit juga terdapat ukiran yang meng- gambarkan bangunan atap bertingkat. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa telah terjadi akulturasi antara seni bangun tradisional Indonesia dengan seni bangun Islam. Dalam seni ukir dan lukis terjadi akulturasi antara seni ukir dan seni lukis Islam dengan seni lukis dan seni ukir tradisional Indonesia yang dapat kita jumpai pada bangunan masjid-masjid kuno dan keraton. Ukir- ukiran yang biasa dipahatkan pada tiang-tiang, tembok, atap, mihrab, dan mimbarnya dibuat dengan pola makara dan teratai. 2. Pengaruh Islam pada bidang kesenian a. Seni tari dan musik Di beberapa daerah ada jenis tarian yang berhubungan dengan nyanyian atau pembacaan tertentu yang berupa selawat atau slawat kompang. Bentuk-bentuk tarian itu, misalnya, permainan debus dan seudati. Permainan dabus adalah suatu jenis tarian atau pertunjukan kekebalan terhadap senjata tajam dengan cara menusukkan benda tajam tersebut pada tubuhnya. Tarian ini diawali dengan nyanyian atau pembacaan Alquran atau selawat nabi. Permainan ini berkembang di bekas-bekas pusat kerajaan seperti Banten, Minangkabau, Aceh. Adapun seudati adalah seni tradisional rakyat Aceh yang berupa tarian atau nyanyian. Pertunjukan dilakukan oleh sembilan atau sepuluh orang pemuda dengan memukul-mukulkan telapak tangan ke bagian dada. Dalam seudati pemain juga menyanyikan lagu-lagu tertentu yang isinya berupa selawat pujian kepada nabi. Di unduh dari 1. Kehidupan budaya dan sastra zaman Kerajaan Mataram Kuno a. Kehidupan kebudayaan Ketika wangsa Sanjaya menyingkir ke Pegunungan Dieng sejak masa Panangkaran hingga Rakai Pikatan, banyak didirikan candi yang kini dikenal sebagai kompleks candi Dieng. Kompleks candi ini, antara lain, terdiri atas candi Bimo, Puntadewa, Arjuna, dan Nakula. Adapun di Jawa Tengah bagian selatan ditemukan candi Prambanan Roro Jonggrang, Sambi Sari, Ratu Boko, dan Gedung Songo Ungaran sebagai hasil budaya Mataram Kuno. b. Kehidupan sastra Kitab yang berasal dari zaman Mataram Hindu adalah Ramayana dan Mahabharata. Ramayana berasal dari India, ditulis oleh Mpu Walmiki. Pada abad ke-9, kitab tersebut disadur ke dalam bentuk kakawin yang sangat indah, terdiri dari tujuh kanda, yakni Bala Kanda, Ayodya Kanda, Aranya Kanda, Keskenda Kanda, Sudara Kanda, Uddha Kanda, dan Uttara Kanda. Kitab Mahabharata, juga berasal dari India, ditulis oleh Mpu Wiyasa. Kitab yang aslinya terdiri atas delapan belas parwa ini kemudian digubah ke dalam bahasa Jawa Kuno dalam bentuk gancaran atau prosa ringkas. Penggubahannya dilakukan pada zaman Raja Dharmawangsa oleh Vyasa Kres Dwipayana. Kedelapan belas parwa dalam kitab Mahabharata adalah Adi Parwa, Sbha Parwa, Wana Parwa, Wirata Parwa, Udyoga Parwa, Bisma Parwa, Drona Parwa, Kama Parwa, Salya Parwa, Saptika Parwa, Stri Parwa, Santi Parwa, Anusa Parwa, Aswamedika Parwa, Asramawiseka Parwa, Mausala Parwa, Mahaprasanika Parwa, dan Swargarahana Parwa. Mahabharata mengisahkan kehidupan keluarga Raja Bharata dan keturunannya. Dua kelompok keturunannya, Pandawa dan Kurawa, memperebutkan takhta kerajaan yang ditinggalkan Bharata. Pandawa terdiri atas Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa mewakili sisi protagonis. Adapun Kurawa yang berjumlah seratus mewakili sifat antagonis. Pada pokoknya, isi Mahabharata ada tiga. 1 Perebutan takhta kerajaan antara Pandawa dan Kurawa. 2 Ajaran agama, kaum brahmana, dan adat istiadat. 3 Bermacam-macam saga. Adapun pengaruh Buddha dalam bidang sastra tampak dalam kitab berjudul Sang Hyang Kamahayanikan yang ditulis pada zaman Mpu Sindok. Kitab ini merupakan kitab suci agama Buddha Mahayana yang berisi ajaran Buddha Tantrayana. 2. Kehidupan budaya dan sastra zaman Kerajaan Kediri a. Kehidupan kebudayaan Kerajaan Kediri banyak meninggalkan hal yang berguna bagi kehidupan masyarakat. Misalnya, keadaan ekonomi yang stabil, terlihat dari tingkat kemakmuran raja-rajanya, keadaan politik yang stabil agar tidak mengurangi kekuatan bangsa, dan kehidupan budaya diperluas untuk menambah kejayaan bangsa. Seni yang menonjol pada masa Kerajaan Kediri adalah seni bangunan dan seni pahat. Peninggalan-peninggalan berupa patung ditemukan di gua Selomangleng dekat kota Kediri dan desa Memenang. Selain itu, ditemukan candi-candi peninggalan Jayabaya. b. Kehidupan sastra Kesusastraan pada zaman Kerajaan Kediri berkembang maju dan pesat. Masa itu meninggalkan kitab-kitab sastra berikut. 1 Kresnayana, memuat riwayat Kresna semasa kecil. Kresna adalah seseorang yang nakal, tetapi senang menolong. Ia mempunyai kesaktian hebat sehingga dikasihi oleh sesamanya. Ia jatuh cinta kepada Rukhmini dan menculiknya untuk dinikahi. Kitab ini ditulis oleh Mpu Triguna. Cerita lain yang mirip dengan Kresnayana adalah cerita dalam kitab Hariwangsa karya Mpu Panuluh. Cerita itu digubah pada zaman Raja Jayabaya, berisi kisah perkawinan Kresna dengan Dewi Rukhmini. 2 Bharatayuda, dikarang oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada tahun 1157 masa pemerintahan Jayabaya. Kitab ini mengisahkan perang antara Pandawa dan Kurawa selama delapan belas hari di Padang Kurusetra. 3 Arjunawiwaha, dikarang oleh Mpu Kanwa pada masa Raja Airlangga. Isinya adalah kisah Arjuna bertapa untuk mencari senjata sebagai alat melawan Kurawa dalam Perang Bharatayuda. Dewa menyanggupi permohonan Arjuna dengan syarat Arjuna dapat mengalahkan raja raksasa, Newatakanaca, yang menyerang kayangan. Arjuna berhasil mengalahkan Newatakanaca sehingga diberi hadiah kenikmatan hidup di kayangan. Kisah itu kemungkinan besar dikarang berdasarkan riwayat Airlangga sendiri dalam kisah Mintaraga. Inskripsi Berikut beberapa episode penting dalam kisah Mahabharata. 1. Episode Nala dan Damayanti melukiskan kesucian dan ketetapan hati seorang istri Damayanti, putri Bhisma terhadap suaminya Nala, Raja Niskada. 2. Episode Bhagawad Gita berisi percakapan antara Kresna dan Arjuna yang sedang bimbang dan cemas dalam menghadapi Bhisma, guru, dan kakeknya. Episode ini disebut drama jiwa manusia sebab apa yang dialami Arjuna dapat terjadi pada setiap manusia. Silsilah Dinasti Bharata Nahusa Jayati Puru Yadawa Dusmanta Bharata Hasti Kuru Pratipa Gangga Santanu Satyawati Parasara Citragada Ambika Wiyasa Datri Bisma Dewabrata Wicitrawirya Ambalika Yamawidura Destarastra Gandari Kunti Pandu Madrim Basudewa 1. Yudistira 1. Nakula 2. Bima 2. Sadewa 1. Baladewa 2. Kresna 3. Sumbadra 3. Arjuna Abimanyu Pandawa Kurawa Duryudana dan 4 Gatotkacasraya, dikarang oleh Mpu Panuluh. Isinya menceritakan perkawinan Abimanyu, putra Arjuna, dengan Siti Sundari atas bantuan Gatotkaca, putra Bima. Cerita ini ditulis pada zaman pemerintahan Jayabaya. Dalam kitab inilah pertama kalinya muncul dewa-dewa asli Jawa yang disebut Punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong yang berperan besar dalam penyelamatan tokoh yang dilindunginya. Punakawan ini selalu mengiringi Arjuna. Punakawan lainnya adalah Jurudyah Prasanta dan Punta, keduanya mengiringi Abimanyu. 5 Bhomakarya, pengarangnya tidak jelas. 6 Smaradhahana, dikarang oleh Mpu Dharmaja. Kitab ini mengisahkan hilangnya suami istri, Dewa Kama dan Dewi Ratih, karena api yang keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa. Kama dan Ratih menjadi manusia dan mengembara di dunia untuk menggoda manusia. Kitab ini dibuat pada masa pemerintahan Kameswara. Dalam kitab Smaradhahana, Kameswara dianggap sebagai titisan Dewa Kama. Istri Kameswara yang bernama Sri Kirana, putri dari Kerajaan Jenggala yang cantik, dianggap sebagai titisan Dewi Ratih. Dalam kesusastraan Jawa, Kameswara disebut sebagai Panji Asmoro Bangun, Panji Inu Kertapati, atau Panji Kudawanegpati. Adapun Sri Kirana disebut sebagai Candhrakirana. Hubungan antara kedua sejoli itu menjadi dasar cerita ini. 7 Wrttassancaya dan Lubdhaka, dikarang oleh Mpu Tanakung. 8 Kitab sastra Ling Wai Taita, disusun oleh Chou Ku Fei. Kitab ini merupakan tulisan dari negeri Cina yang disusun oleh Chou Ku Fei yang berisi mengenai gambaran kehidupan, tata pemerintahan, dan keadaan istana atau benteng pada masa Kerajaan Kediri. Selain itu, diceritakan pula kondisi kemakmuran negara. Raja memakai sepatu yang terbuat dari kulit, perhiasan emas, pakaian sutra, serta menunggang gajah atau kereta. Kitab ini juga menceritakan adanya pesta air laut dan perayaan di gunung bagi rakyat. 9 Kitab Chu Fang Chi, ditulis oleh Chan Ju Kua dalam bahasa Cina pada abad ke-13 yang menceritakan bahwa di Asia Tenggara tumbuh dua kerajaan besar dan kaya, yaitu Jawa dan Sriwijaya. Kitab ini juga menceritakan keadaan tanah jajahan dan sifat rakyat kedua negara tersebut. 3. Keadaan budaya pada masa Kerajaan Singasari Pada masa Kerajaan Singasari, kebudayaan lebih banyak bersifat fisik. Peninggalan-peninggalan yang ditemukan umumnya berupa candi dan patung. Candi-candi tersebut adalah candi Kidal, candi Jago, dan candi Singasari. Adapun patung-patung yang ditemukan adalah patung Ken Dedes yang diwujudkan dalam wujud Prajnaparamita lambang kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam wujud Joko Dolog yang ditemukan dekat Surabaya, dan patung Amoghapasha yang merupakan perwujudan Kertanegara yang dikirim ke Darmasraya ibu kota Kerajaan Melayu. Patung Amoghapasha sekarang dapat dilihat di Museum Nasional Museum Gajah Jakarta. Kedua patung perwujudan Kertanegara, baik Joko Dolog maupun Amoghapasha, menunjukkan bahwa Raja Kertanegara menganut agama Buddha beraliran Tantrayana tantrisme. 4. Keadaan budaya dan kemajuan sastra pada masa Kerajaan Majapahit a. Kehidupan kebudayaan Perkembangan kebudayaan di Kerajaan Majapahit dapat diketahui dari peninggalan-peninggalan berupa candi. Candi-candi peninggalan-peninggalan Kerajaan Majapahit, antara lain, candi Panataran di Blitar, candi Tegalwangi dan Suranana di Pare Kediri, candi Sawentar di Blitar, candi Sumber Jati di Blitar, candi Tikus di Trowulan, dan pintu gerbang Trowulan di Mojokerto. b. Kehidupan sastra Zaman Majapahit menghasilkan banyak karya sastra. Periodisasi sastra masa Majapahit dibedakan menjadi dua, yaitu sastra zaman Majapahit awal dan sastra zaman Majapahit akhir. 1 Zaman Majapahit awal Karya sastra zaman Majapahit awal adalah kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca 1365, kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, kitab Arjunawiwaha karangan Mpu Tantular, kitab Kutaramanawa karangan Gajah Mada, kitab Kunjarakarna anonim, dan kitab Prathayajna anonim. a Kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca ditulis pada tahun 1365, yaitu pada zaman Raja Hayam Wuruk. Kitab ini sangat penting untuk menge-tahui keadaan Kerajaan Singasari pada zaman Ken Arok sampai zaman pemerintahan Hayam Wuruk di Majapahit. Negarakertagama merupakan catatan sejarah yang menguraikan secara terperinci kota Majapahit, wilayah jajahan, candi-candi, dan perja-lanan Hayam Wuruk ke hampir seluruh wilayah Jawa Timur. Di dalamnya juga ditulis mengenai tata pemerintahan, ibu kota, agama, serta upacara Sraddha upacara menghormati roh nenek moyang dengan mendatangi tempat-tempat leluhur yang dilakukan oleh Hayam Wuruk untuk menghormati roh nenek moyangnya, serta untuk penghormatan kepada nenek Gayatri. b Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular menceritakan Sutasoma, putra raja yang meninggalkan keduniawian dan mendalami agama Buddha. Ia rela mengorbankan diri demi keselamatan sesama. Bahkan seorang raksasa yang gemar makan manusia telah diinsafkan menjadi pemeluk agama Buddha. Dalam kitab ini, terdapat kalimat "Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa", yang artinya tidak ada agama yang mendua, melainkan satu, yakni Hindu-Buddha. Sumber Indonesia Indah, Aksara Gambar Prasasti Negarakertagama peninggalan Singasari di tahun 1273 Saka c Kitab Arjunawiwaha karangan Mpu Tantular menceritakan kisah Raja Arjunasasrabahu dan Patih Sumantri melawan raksasa Rahwana. d Kitab Kutaramanawa, ditulis oleh Gajah Mada. Kitab hukum ini disusun berdasarkan kitab hukum yang lebih tua, yakni Kutarasastra dan kitab hukum Manawasastra, yang kemudian disesuaikan dengan hukum adat pada masa itu. e Kitab Kunjarakarna, tidak diketahui nama pengarangnya. f Kitab Parthayajna, tidak diketahui pengarangnya. 2 Zaman Majapahit akhir Karya sastra zaman Majapahit akhir ditulis dengan bahasa Jawa dalam bentuk tembang kidung dan gancaran prosa. Karya-karya sastra pada zaman ini adalah kitab Pararaton yang berisi tentang riwayat raja-raja Majapahit, kitab Sundayana berisi tentang Peristiwa Bubat, kitab Sorandaka menceritakan tentang Pemberontakan Sora di Lumajang, kitab Ranggalawe tentang Pemberontakan Ranggalawe dari Tuban, kitab Panji Wijayakrama berisi tentang riwayat Raden Wijaya, kitab Usana Jawa menceritakan tentang penaklukkan Bali oleh Gajah Mada, kitab Usana Bali mengisahkan tentang kekacauan Bali akibat keganasan Maya Danawa, kitab Pamancangah, kitab Panggelaran, kitab Calon Arang, kitab Korawasrama, Carita Parahyangan, Babhuksah, Tantri Kamandaka, dan Pancatantra. Berikut karya-karya sastra yang terpenting. a Kitab Pararaton menceritakan riwayat raja-raja Singasari dan Majapahit. Karena kitab ini terlalu banyak mengandung mitos, kebenaran isinya sekarang sering kali diabaikan. Sampai sekarang, pengarang kitab ini belum diketahui sehingga dianggap anonim. Kitab ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi riwayat Ken Arok dari lahir sampai menjadi raja, sedangkan bagian kedua berisi kisah sejarah Kerajaan Majapahit mulai dari Raden Wijaya, Jayanegara, pemberontakan Ronggolawe dan Sora, Perang Bubat, dan daftar nama raja-raja sesudah Hayam Wuruk. b Kitab Sundayana menceritakan Peristiwa Bubat. Penulisnya tidak dikenal. Kitab ini menceritakan tentang Perang Bubat antara Majapahit dan Pajajaran di Lapangan Bubat, Majapahit. Perang tersebut terjadi sewaktu Raja Pajajaran Sri Baduga Maharaja datang ke Majapahit untuk mengantarkan putrinya Dyah Pitaloka yang dipersunting Hayam Wuruk. Namun, setelah rombongan menginap di Bubat, Hayam Wuruk yang semula berniat mengambil Dyah Pitaloka sebagai permaisuri mengubah rencananya. Akibat pengaruh Gajah Mada, Hayam Wuruk hanya akan menjadikan Dyah Pitaloka sebagai selir. Hal ini mengundang kemarahaan Sri Baduga Maharaja dan terjadilah Perang Bubat. Sumber Indonesia Indah, Aksara Gambar Kitab Walandit, telah menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuno, c Kitab Tantu Panggelaran tidak diketahui pengarangnya. Kitab ini menceritakan Batara Guru menugasi para dewa untuk mengisi Pulau Jawa dengan penduduk. Namun, pulau itu guncang sehingga para dewa kemudian memindahkan Gunung Mahameru di India ke Jawa. Dalam proses pemindahannya, beberapa bagian tercecer sepanjang Pulau Jawa sehingga menjadi deretan gunung. Akibatnya Gunung Mahameru diletakkan di ujung timur Pulau Jawa dengan nama Semeru, kemudian Dewa Wisnu menjadi raja pertama di pulau itu. d Kitab Sorandaka menceritakan Pemberontakan Sora kepada Raja Jayanegara karena tersinggung atas sikap raja yang akan mengambil istrinya. e Kitab Ranggalawe menceritakan Pemberontakan Ranggalawe terhadap Raja Majapahit pada masa Raden Wijaya karena menginginkan jabatan sebagai patih di Majapahit. f Kitab Calon Arang menceritakan seorang janda bernama Calon Arang dari desa Girah yang mempunyai anak bernama Ratna Manggali. Ratna Manggali sangat cantik, tetapi belum ada seorang pemuda pun yang melamarnya menjadi istri. Hal ini membuat gusar Calon Arang. Dengan ilmu hitamnya, ia menyebarkan tenung ke seluruh negeri Airlangga. Raja Airlangga kemudian meminta Bharada untuk mengatasi hal ini dengan mengawinkan muridnya, Mpu Bahula dengan Ratna Manggali. Mpu Bahula berhasil menemukan buku sakti Calon Arang dan meng-ambilnya. Akibatnya dalam pertarungan selanjutnya, Calon Arang dikalahkan. g Kitab Panjiwijayakrama menguraikan riwayat Raden Wijaya sampai menjadi raja. h Kitab Usana Jawa berisi penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar, pemindahan Kerajaan Majapahit ke Gelgel, dan penumpasan Raja Raksasa Maya Denawa. i Kitab Usana Bali berisi tentang kekacauan di Pulau Bali akibat keganasan Maya Denawa yang akhirnya dibunuh oleh dewa. j Kitab Pamancangah menceritakan para dewa agung, nenek moyang raja Kerajaan Gelgel di Bali. k Kitab Carita Parahyangan berbahasa Sunda, ditulis akhir abad ke-16, berisi kisah raja-raja Sunda sejak zaman Mataram. Kitab ini menyebut-nyebut Sanjaya, raja Mataram pertama yang merupakan anak Raja Sanna, raja Kerajaan Galuh. Sewaktu terjadi pemberontakan oleh Rahyang Purbasora, Raja Sanna beserta keluarga dibuang ke kaki Gunung Merapi. Akhirnya, Sanjaya berhasil mengalahkan Rahyang Purbasora dan mengangkat dirinya sebagai raja. Kitab ini juga menceritakan kisah Perang Bubat. 5. Keadaan budaya dan kemajuan sastra pada masa Kerajaan Bali a. Kehidupan kebudayaan Ketika Kerajaan Bali diperintah oleh Raja Anak Wungsu, kemajuan kesenian dapat dibedakan menjadi kelompok seni keraton dan seni rakyat. Pertunjukan kesenian rakyat biasanya dilakukan berkeliling untuk menghibur rakyat. Namun, ada kalanya pula kesenian keraton ditujukan bagi masyarakat pedesaan. Hal ini dimuat dalam Inskripsi Dalam kepercayaan Hindu-Majapahit, dikenal adanya Sang Hyang Wenang. Sang Hyang Wenang adalah dewa tertinggi dalam kepercayaan Hindu-Majapahit yang kedudukannya lebih tinggi dari Dewa Syiwa prasasti Julah yang berangka tahun 987 M yang menyebutkan adanya rombongan seni batik i Haji untuk raja maupun ambaran keliling yang datang ke desa Julah. Sangat sulit untuk mengetahui berapa jumlah pemain, namun mereka mendapat upah untuk kemampuan seni. Istilahnya patulak. Patulak untuk Agending i Haji yang datang ke desa Julah sebesar satu masaka mata uang saat itu, sedangkan untuk Agending Ambaran sebesar dua kupang. Jenis-jenis kesenian yang berkembang pada masa itu, antara lain, 1 patapukan seni topeng, 4 pamukul penabuh gemelan, 2 perwayang permainan wayang, 5 abanwal permainan badut, dan 3 bhangin peniup suling, 6 abonjing seni musik angklung. Kehidupan masyarakat di Bali dan kebudayaannya sangat lekat terpengaruh oleh agama Hindu. Agama Hindu yang berkembang di Bali ini sudah bercampur dengan unsur budaya asli. Salah satu contoh yang paling nyata dapat dilihat adalah bahwa dewa tertinggi dalam agama Hindu-Buddha bukanlah Syiwa, melainkan Sang Hyang Widhi yang sama kedudukannya dengan Sang Hyang Wenang di Jawa. Sebagai tempat suci, dahulu digunakan candi. Tetapi, sejak berdirinya Kerajaan Gelgel dan Klungkung, penggunaan candi sebagai tempat suci dihapus. Sebagai pengganti fungsi candi dibuatkan kuil berupa kompleks bangunan yang sering disebut pura. Pada waktu upacara, dewa atau roh yang dipuja diturunkan dari surga dan ditempatkan pada kuil untuk diberi sesaji sebagai penghormatan. Upacara itu, misalnya diadakan pada hari Kuningan hari turunnya dewa dan pahlawan, pada hari Galungan menjelang Tahra dan Saka, dan hari Saraswati pelindung kesusastraan. Pura dalam lingkungan kerajaan disebut Pura Dalem, bentuknya seperti candi Bentar dan dimaksudkan sebagai kuil kema-tian. Adapun untuk keluarga raja di-buatkan pura khusus yang disebut Sanggah atau Merajan. Di Bali, dewa tidak dipatungkan. Patung-patung di Bali hanya berfungsi sebagai hiasan. Adanya patung dewa di Bali diyakini sebagai bukti adanya pengaruh Jawa. Di dalam kuil dibuatkan tempat tertentu yang disediakan untuk tempat turunnya dewa atau roh nenek moyang yang telah menjalani prosesi ngaben. Ngaben adalah budaya pembakaran mayat atau tulang surga. Pembakaran mayat adalah suatu kebiasaan di India yang diadaptasi di Bali. Roh yang telah menjalai upacara ngaben dianggap telah suci. Ida Sang Hyang Widhi sebagai dewa tertinggi tidak dibuatkan pura khusus, namun pada setiap kuil dibuatkan bangunan suci untuknya berbentuk Padmasana atau meru beratap dua. Masyarakat Bali mengenal pembagian golongan atau kasta yang terdiri dari brahmana, ksatria, dan waisya. Ketiga kasta tersebut dikenal dengan Triwangsa. Di luar ketiga golongan tersebut masih ada lagi golongan yang disebut Jaba, yaitu anggota masyarakat yang tidak memegang pemerintahan. Tiap-tiap golongan mempunyai tugas dan kewajiban yang tidak sama dalam bidang keagamaan. b. Kehidupan sastra Masa pemerintahan Jayasaksi menghasilkan kitab undang-undang, yaitu kitab Usana Widhi Balaman dan Rajarana. Kitab ini juga dipakai pada masa pemerintahan Ratu Sakalendukirana dan penerusnya. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan, diketahui bahwa pada masa pemerintahan Jayasaksi, agama Buddha dan Syiwa berkembang dengan baik. Aliran Waisnawa juga berkembang pada waktu itu. Raja Jayasaksi sendiri disebut sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. 6. Keadaan budaya dan kemajuan sastra pada masa Kerajaan Pajajaran Kehidupan masyarakat Kerajaan Sunda dapat digolongkan menjadi seniman pemain gamelan, pemain wayang, penari, dan badut, petani, pedagang, dan sebagainya. Mata pencaharian masyarakat Sunda yang utama adalah pertanian dan perdagangan. Bukti dan petunjuk mengenai masyarakat perladangan dapat kita temukan dalam kitab Sastra Parahyangan yang menyebut-nyebut sawah di dalamnya. Kitab Sanghyang Siksakanda juga menyebutkan tentang pengaruh yang merupakan pekerjaan utama masyarakat. Alat-alat yang dipergunakan di ladang adalah beliung, kored, dan sadap. Selain kitab-kitab sastra tersebut, ada pula kitab cerita Kidung Sundayana. Kitab ini menceritakan kekalahan pasukan Pajajaran dalam pertempuran di Bubat dan gugurnya Sri Baduga Maharaja beserta putrinya, Dyah Pitaloka. Kerajaan Sunda atau Pajajaran, seperti halnya Majapahit, juga mengenal kitab Carita Parahyangan. Kitab ini menceritakan bahwa pengganti Raja Sri Baduga Maharaja setelah Perang Bubat adalah Hyang Bhumi Sora. Kesusastraan masa Pajajaran menunjukkan pengaruh Hindu yang sangat kuat di kerajaan tersebut. Pengaruh Hindu ini telah tertanam sejak zaman Tarumanegara abad ke-5 M. Hal ini dibuktikan dengan adanya arca Rajansi dan arca-arca lainnya yang ditemukan di daerah Cibuaya dari abad ke-8 dan 9 M. Diskusi Apakah contoh karya sastra masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang masih dikenal luas di daerah Anda? Bersama teman kelompok, cobalah mengupas kembali isi cerita tersebut dan buatlah susunan ceritanya pada kertas folio. Perbandingkan hasilnya dengan teman-teman dari kelompok lain, lalu buatlah kesimpulan! Inskripsi Salah satu hasil budaya Islam yang cukup terkenal dan sampai sekarang masih tetap berdiri adalah masjid Demak. Masjid ini merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan yang bercorak Islam. Masjid Demak selain kaya dengan ukir-ukiran yang bercirikan Islam juga memiliki keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya dibuat dari pecahan-pecahan kayu tatal. C. Perkembangan Tradisi Islam di Berbagai Daerah dari Abad ke-15 - Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan terbesar yang pernah berdiri di Nusantara. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya ini berkuasa selama lebih dari dua abad, tepatnya sejak 1293 hingga sekitar awal abad ke-16. Bukti adanya Kerajaan Majapahit dapat diketahui dari beberapa peninggalannya yang masih eksis hingga satu peninggalan Kerajaan Majapahit berupa karya sastra. Perkembangan seni sastra pada masa Kerajaan Majapahit memang sangat pesat, karena didukung oleh perhatian raja-rajanya terhadap kehidupan kebudayaan kerajaan. Salah satu kitab peninggalan Kerajaan Majapahit yang terkenal dan bermutu tinggi adalah Kitab Negarakertagama. Beberapa karya sastra yang ditulis pada masa Zaman Majapahit antara lain, sebagai berikut. Baca juga Kerajaan Majapahit Sejarah, Raja-raja, Keruntuhan, dan Peninggalan Kitab Negarakertagama Kitab Negarakertagama dikarang oleh Mpu Prapanca, yang kemudian menjadi salah satu sumber sejarah terpenting bagi Kerajaan Majapahit. Kitab ini dikarang pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, tepatnya pada 1365 Masehi. Naskah dari Kitab Negarakertagama terdiri dari 98 pupuh puisi atau syair. Isi Kitab Negarakertagama menguraikan kisah keagungan Prabu Hayam Wuruk dan puncak kejayaan Kerajaan Majapahit. Selain itu, kitab ini menceritakan asal-usul, hubungan keluarga raja, para pembesar negara, jalannya pemerintahan, serta kondisi sosial, politik, keagamaan, dan kebudayaan Kerajaan Majapahit. Baca juga Kitab Negarakertagama Sejarah, Isi, dan Maknanya Kitab Sutasoma Kitab Sutasoma ditulis oleh Mpu Tantular juga pada masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk. Kitab Sutasoma bercerita mengenai Pangeran Sutasoma. Di dalamnya juga mengajarkan toleransi beragama, khususnya antara Hindu dan Buddha. Di dalam kitab ini, terdapat istilah "Bhinneka Tunggal Ika" yang menjadi sumber inspirasi dirumuskannya semboyan negara NKRI. Selain itu, pada salah satu kitab yang ditulis pada zaman Majapahit ini terdapat istilah Pancasila, yang kemudian menjadi nama dasar negara Indonesia. Baca juga Kitab Sutasoma Pengarang, Isi, dan Bhinneka Tunggal Ika Kitab Pararaton Kitab Pararaton berisi tentang riwayat raja-raja Kerajaan Singasari dan Majapahit. Namun, sampai sekarang, sosok yang menulis karya sastra peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit ini masih menjadi misteri. Mengingat tarikh tertua yang terdapat pada naskahnya adalah 1522 Saka 1600 Masehi, diduga Pararaton ditulis antara 1481-1600 Masehi. kompasiana Kitab Pararaton terdiri dari baris yang tertuang dalam 32 halaman seukuran folio. Isi Kitab Pararaton dapat dibagi ke dalam dua bagian, di mana bagian pertama menceritakan tentang riwayat Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari, dan para raja penerusnya. Sedangkan bagian kedua mengisahkan tentang kehidupan Kerajaan Majapahit, mulai dari riwayat pendirinya, Raden Wijaya, hingga daftar raja-raja yang berkuasa dan pemberontakan yang berlangsung pada awal berdirinya dijadikan salah satu sumber sejarah utama Kerajaan Singasari dan Majapahit, beberapa sejarawan meragukan keabsahannya karena sebagian besar isi kitab ini adalah mitos. Baca juga Kitab Pararaton Isi dan Kritik dari Para Ahli Kitab Arjunawijaya Kitab Arjunawijaya adalah salah satu hasil karya sastra di zaman Majapahit yang digubah oleh Mpu Tantular. Karya sastra yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno ini dibuat pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Picasa Lukisan yang menggambarkan pertempuran antara Arjuna Sasrabahu dengan Kitab Arjunawijaya mengisahkan tentang peperangan antara Raja Arjuna Sasrabahu dan Patih Sumantri melawan Rahwana. Ceritanya didasarkan pada Uttara Kanda, bagian terakhir dari Kitab Ramayana. Sejak zaman dulu, cerita Kitab Arjunawijaya sangat populer dan kerap dipertunjukkan dalam pergelaran wayang. Baca juga Kitab Arjunawijaya Pengarang, Isi, dan Kisahnya Kitab Tantu Pagelaran Kitab Tantu Pagelaran menceritakan tentang asal mula Pulau Jawa. Dalam kitab ini diceritakan pemindahan Gunung Mahameru dari India ke Pulau Jawa oleh Dewa Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Gunung Mahameru, yang sekarang dikenal sebagai Gunung Semeru, dianggap sebagai paku yang membuat Pulau Jawa senantiasa kokoh. Kitab Panjiwijayakrama Kitab Panjiwijayakrama menceritakan riwayat Raden Wijaya hingga akhirnya menjadi Raja Majapahit. Selain itu, kitab yang ditulis dalam bentuk kidung ini juga berisi kisah pemberontakan Ranggalawe yang terjadi pada awal berdirinya Majapahit. Baca juga Pemberontakan Nambi, Gugurnya Patih Pertama Kerajaan Majapahit Kitab Ranggalawe Kisah pemberontakan Ranggalawe juga diceritakan dalam Kitab Ranggalawe. Ranggalawe adalah salah satu sahabat setia Raden Wijaya, pendiri Majapahit, yang turut berjasa dalam membangun kerajaan. Namun, Ranggalawe akhirnya memberontak pada 1295 akibat hasutan seorang pejabat licik bernama Mahapati. Kitab Usana Jawa Kitab ini mengisahkan penaklukkan Bali oleh Gajah Mada, sebagai salah satu wilayah bawaham Majapahit. Dalam penaklukkannya, Gajah Mada ditemani oleh Aryadamar. Baca juga Pemberontakan Ranggalawe Penyebab dan Kronologinya Kitab Sorandakan Kitab Sorandakan mengisahkan tentang pemberontakan Lembu Sora yang terjadi tidak lama setelah pemberontakan Ranggalawe. Lembu Sora juga merupakan salah satu sahabat Raden Wijaya yang memberontak akibat hasutan Mahapati. Kitab Sundayana Kitab Sundayana menceritakan tentang Perang Bubat antara Kerajaan Majapahit dengan keluarga Kerajaan Sunda. Peristiwa itu menjadi tanda kemerosotan Mahapatih Gajah Mada dan mengakibatkan hubungan Majapahit dengan Sunda menjadi rusak. Referensi Isnaini, Danik. 2019. Kerajaan Hindu-Buddha di Jawa. Singkawang Maraga Borneo Tarigas. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. 100% found this document useful 1 vote11K views5 pagesDescriptionkitab-kitab yang di bahas derasal dari kerajaan Kediri, kerajaan Majapahit dan kerajaan singasariOriginal TitleKitab-kitab Peninggalan kerajaan Hindi-BudhaCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote11K views5 pagesKitab-Kitab Peninggalan Kerajaan Hindi-BudhaOriginal TitleKitab-kitab Peninggalan kerajaan Hindi-BudhaDescriptionkitab-kitab yang di bahas derasal dari kerajaan Kediri, kerajaan Majapahit dan kerajaan singasariFull description

kitab usana bali berisi