Kitaingin pulang menziarahi ibu bapa di kampung, tetapi menangguhkan sehingga berlalu beberapa bulan. Kita ingin bersenam untuk menjaga kesihatan, tetapi masih beralasan dengan pelbagai perkara. Hakikatnya tidak ada siapa tahu berapa banyak masa lagi masa yang mereka ada. Kerana itu Rasulullah SAW pernah berpesan agar beramal sebelum datang 7
CeramahKH. Zainuddin MZ tentang Cobaan dalam kehidupan, bahwasanya tidak dikatakan seorang itu beriman bilamana tidak diuji
AyatAl-Quran dan Hadi (Dalil) tentang kewajiban berwudhu ini merupakan salah satu seruan bagi umat islam untuk selalu dalam keadaan bersih dan suci. Wudhu adalah salah satu cara seorang muslim membersihkan dirinya dengan air. Berikut ini ayat al-Quran tentang kewajiban berwudhu. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai
Tidakdikatakan beriman seseorang itu jika tidak diuji. Percayalah Allah adalah sebaik-baik pelindung. Aminnn #covid19 #alhamdulillah
Iamendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami.
RasulullahSAW bersabda, BACA JUGA: Bersyukurlah ketika Diberi Ujian, Allah ingin Anda Lebih Kuat. "Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Segala keadaan yang dialaminya sangat menakjubkan. Setiap takdir yang ditetapkan Allah bagi dirinya merupakan kebaikan. Apabila dia mengalami kebaikan, dia bersyukur, dan hal itu merupakan kebaikan
bLloc. Manusia seperti permata sebagaimana orang bijak katakan sebagai berikut Permata tak bisa di poles tanpa gesekan, manusia tak bisa sempurna tanpa ujian Sesungguhnya ujian yang Allah berikan kepada kita, hakikatnya merupakan salah satu sarana untuk mentarbiyah manusia agar menjadi manusia yang beriman, bertauhid dan berilmu. Sebagaimana orang belajar untuk mendapatkan gelar sarjana atau kenaikan tingkat pendidikan haruslah dilakukan ujian dan harus dimiliki guru pembimbing. Begitu juga dalam proses mendapatkan Tauhid, iman dan Ilmu Allah. Lalu siapa guru pembimbingnya sudah tentu adalah nabi Muhammad Saw. Dalam hal ujian, Rasul sendiri menyatakan bahwa proses kenabian yang dijalaninya bersama para nabi-nabi adalah yang terberat. Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau SAW menjawab “Para nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian yang sesudah mereka secara berurutan berdasarkan tingkat kesalehannya. Seseorang akan diberikan ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikit pun.” HR Bukhari. Namun demikian Tuhan meyakinkan bahwa ujian yang diturunkan kepada manusia adalah sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing orang. Tuhan mengajarkan untuk menghadapinya dengan menjadikan diri sabar dan shalat sebagai penolong. Firman Allah Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya. Mereka berdoa “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”Albaqarah 286 Apakah setelah naik tingkat dan derajat lalu urusan selesai? Firman Allah “ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Alankabut 2 Naiknya derajat atau tingkatan tersebut bukan berarti urusan selesai, karena hidup ini adalah proses yang terus berlanjut. Semakin tinggi atau derajat seseorang maka semakin tinggi resiko yang akan dihadapinya. Ibarat seseorang dekat dengan raja, maka segala perbuatan dan prilakuanya harus mencerminkan loyalitasnya. Karena itu harus terus waspada dan menjaga sopan santun kepada rajanya. Sedikit saja menyeleweng atau bersebrangan pendapat akan dinilai raja sebagai sikap yang menentang. Firman Allah Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. Albaqarah 214. Orang yang mencapai tahapan ini akan bersedih jika mendapatkan kemuliaan atau kebaikan dengan berucap istighfar dan sebaliknya akan bergembira jika musibah datang menemuinya dengan mengucapkan hamdallah. Musibah yang datang akan disikapi dengan suka cita sebagai tetap adanya kasih sayang Allah kepada dirinya dan adanya kesempatan naik tingkat bila dapat melalui ujian musibah itu. Sesuai Firman Allah Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. Ali Imran 120
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Al-Ankabut 2-3Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa rangkaian ayat ke-2 dan ke-3 dalam Al-Ankabut di atas menegaskan bahwa setiap orang yang telah mengikrarkan diri bahwa dia seorang mukmin, maka pasti dia akan diuji oleh Allah Swt dengan beragam bentuk ujian untuk membuktikan keimanannya menambahkan, bahwa ujian adalah sunnatullah yang berlaku pada setiap umat, setiap individu. Maka, tidak ada seorang pun yang terlepas Ali Al-Shabuni, ketika menafsirkan rangkaian ayat ke-3 dari surat al-Ankabut tersebut menyatakan bahwa tujuan hadirnya ujian dan cobaan hidup itu untuk membedakan siapa yang benar-benar beriman penuh kesungguhan dan siapa yang berdusta akan keimanannya antara cara Allah untuk membuktikan keimanan seseorang adalah dengan menghadirkan ujian kepadanya. Ya, ujian adalah salah satu cara untuk megukur kadar keimanan orang yang diuji dengan kesulitan ekonomi. Ada yang diuji dengan sakit yang tak kunjung sembuh. Ada yang diuji dengan ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Ada yang diuji dengan sulitnya mendapatkan jodoh. Dan ada pula yang diuji dengan tidak memiliki beragam ujian tersebut, ada orang yang tetap teguh pada keimanannya. Alih-alih mengeluh, meratapi nasib, mengutuk keadaan, menyesali kondisi yang tengah dialaminya, dia justru menjadi seorang mukmin yang semakin kuat dan tangguh keimanannya. Dia yakin sepenuh hati bahwa beragam ujian yang Allah hadirkan mengandung hikmah serta pelajaran berharga dalam sisi lain, ada orang yang menyikapi segala ujian dan cobaan yang menimpanya dengan mengeluh, meratapi keadaan, mengutuk nasib, bahkan tidak jarang mempertanyakan keadilan Allah. Dia tidak sabar dengan kesulitan ekonomi yang dihadapinya, sedih berkepanjangan karena ditinggal oleh orang yang dicintainya, terus berkeluh kesah dengan sakit yang dideritanya, menyesali sulitnya mendapatkan jodoh, serta menggugat keadilan Allah karena tidak hadirnya keturunan. Dia berburuk sangka kepada Allah. Dia hanya fokus melihat sesuatu yang tidak dimilikinya, tidak memperhatikan apa yang telah kalau dia mau berpikir jernih, nikmat yang telah Allah berikan kepadanya jauh lebih besar daripada kekurangan’ yang ada padanya. Seandainya dia menghitung nikmat Allah yang sangat besar itu, pasti dia tidak akan bisa menghitungnya. Kalaulah dia mau terus menerus mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepadanya, maka pasti Allah akan menambah nikmat-Nya dua kondisi berbeda dalam menyikapi ujian dan cobaan hidup, yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dua kondisi tersebut mencerminkan tingkat keimanan yang tetap teguh istiqamah pada keimanannya, meskipun badai ujian dan cobaan datang silih berganti menghadangnya, akan semakin tinggi kualitas keimanannya. Malaikat akan turun’ membantunya dan memberinya kabar gembira atas usahanya mempertahankan keimanan dalam dirinya.“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan jannah surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Fushshilat 30Sedangkan mereka yang berputus asa atas ujian yang menimpanya, Allah samakan mereka dengan orang-orang kafir yang terputus dari rahmat Allah.“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” Yusuf 87.Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa ada seorang lelaki yang berkata “Wahai Rasulullah, apa itu dosa besar?” Rasulullah saw. menjawab, Syirik kepada Allah, pesimis terhadap karunia Allah, dan berputus asa dari rahmat Allah’.” HR. Al-BazzarDengan sejumlah keterangan tersebut di atas, jelaslah bahwa ujian pasti akan datang dalam beragam bentuk kepada setiap manusia, lebih-lebih kepada mereka yang telah mengikrarkan diri beriman kepada Allah beragam ujian dan cobaan tersebut, dapat diketahui siapa di antara manusia yang paling baik amalnya, yaitu siapa yang paling teguh menjaga keimanannya, dan siapa yang mudah goyah bahkan runtuh bahwa karena engkau telah menyatakan diri sebagai orang yang beriman, maka engkau pasti akan diuji. Demikian kira-kira pesan al-Qur’an kepada a’lam bi al-shawab….* Ruang Inspirasi, Selasa, 7 September
........................................ ........................................Sr re ....................................FacebookTwitterPi terestWhatsApp
Gaya Hidup BuddyKu Rabu, 22 Juni 2022 - 2317 Setiap muslim tentu mendambakan surga dengan segala kenikmatannya. Namun, surga yang dijanjikan Allah tidak begitu saja diraih sebelum diuji dengan berbagai cobaan. Dalam Al-Quran, Allah mengingatkan orang-orang beriman. " Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji? " QS Al-Ankabut Ayat 2 Pada ayat ini, Allah bertanya kepada manusia yang mengaku beriman dengan mengucapkan kalimat Syahadat bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja tanpa lebih dahulu diuji? Tidak, setiap orang beriman justru harus diuji lebih dahulu, sehingga keimanannya terbukti. Ujian yang mesti mereka tempuh itu bermacam-macam. Misalnya, perintah berhijrah meninggalkan kampung halaman demi menyelamatkan iman dan keyakinan, berjihad di jalan Allah, mengendalikan syahwat, mengerjakan tugas-tugas dalam rangka taat kepada Allah. Selain itu, ujian musibah seperti kehilangan anggota keluarga, kemiskinan, bencana kekeringan, banjir dan sebagainya. Semua cobaan itu dimaksudkan untuk menguji siapakah di antara mereka yang sungguh-sungguh beriman dan bersabar menghadapinya. Pada ayat lain, Allah berfirman Artinya " Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, "Kapankah datang pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat ." QS Al-Baqarah Ayat 214 Dalam tafsir Kemenag dijelaskan, ketika orang-orang mukmin di Madinah menderita kemiskinan karena meninggalkan harta benda mereka di Mekkah dan akibat peperangan yang terjadi, Allah bertanya untuk menguji mereka. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan dan penderitaan, dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat." Ayat ini memotivasi orang-orang beriman yang sedang ditimpa kesulitan agar merasa yakin bahwa tidak lama lagi pertolongan Allah akan datang. Untuk mencapai keridhaan Allah dan memperoleh surga tentu harus melalui perjuangan gigih dan penuh cobaan sebagaimana halnya dialami orang-orang terdahulu. Manusia yang Ujiannya Paling Dahsyat Siapa yang bersabar dan lulus dalam menghadapi berbagai ujian di dunia, maka Allah akan memberikan pertolongan-Nya. Allah menegaskan "Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." Dalam Hadis Nabi disebutkan manusia paling dahsyat ujiannya. Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan kesabaran. Rasulullah SAW bersabda Artinya " Manusia yang paling dashyat ujiannya adalah para Anbiya Nabi dan Rasul kemudian orang-orang serupa lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran dalam suatu riwayat kadar agamanya. Jika agamanya kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu menimpa seseorang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi ." HR At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Hibban, Al-Hakim
UJIAN itu sudah pasti bagi setiap manusia di atas muka bumi ini. Cuma yang berbeza jenis dan kadar ujian itu kecil atau besar bersesuaian dengan penerimanya. Ada yang diuji dengan kesusahan hidup, ketakutan musuh, hilang harta, mati, sakit dan وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ Maksudnya “Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut kepada musuh dan dengan merasai kelaparan, dan dengan berlakunya kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” Surah al-Baqarah 155 Bagi orang yang beriman ujian merupakan syarat kebenaran iman seseorang. Orang lama selalu berkata “ambik kapak belahlah dada” cinta manusia pun ada syarat ujian, apatah lagi cinta kepada Tuhan manusia yang lebih qudus. أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ Maksudnya Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata “Kami telah beriman sedangkan mereka tidak diuji dengan sesuatu cubaan?” Al-Ankabut 2 Hasil daripada ujian itu akan membuktikan akan kebenaran iman seseorang kepada Allah. Jangan ditanya tentang ujian yang datang tapi wajib ditanya kenapa tidak dapat menjawab ujian. Allah berikan hamba-Nya dengan kemampuan menerima ujian di atas iman masing-masing. Allah tidak berlaku zalim kepada hamba-Nya dan Dia tahu bahawa hamba-Nya mampu lulus dengan ujian tersebut. لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ Maksudnya Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Al-Baqarah 286 Cuba kita lihat perjalanan orang-orang yang beriman sebelum daripada kita yang telah Allah uji mereka dengan ujian yang sangat berat jika nak dibandingkan dengan kita. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ Maksudnya Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Al-Ankabut 3 Maka Allah telah menguji orang-orang yg beriman sebelum daripada kita sebagai proses saringan keimanan mereka, lalu kita yang mengaku beriman hari ini juga wajib melalui proses tersebut. Umat Islam tidak boleh rasa lemah dan putus asa tatkala menerima ujian dalam kehidupan. Jauh sekali menyalahkan takdir Ilahi. Yakinlah, setiap ujian itu akan hadir bersamanya hikmah yang besar sekiranya dilalui dengan sabar dan berikhtiar menyelesaikannya. Dari Mush’ab bin Sa’id, seorang tabi’in, dari ayahnya, ia berkata maksud “Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya? Baginda SAW bersabda “Para nabi, kemudian yang semisal dengannya. Seseorang akan diuji sesuai dengan keadaan agamanya. Apabila agamanya bergitu kuat kukuh, maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualiti agamanya. Seorang hamba akan sentiasa mendapatkan cubaan sehingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” Hadis Riwayat Tirmizi Kesimpulan Setiap dari manusia akan diuji, itu pasti. Namun, hasil daripada ujian itu adalah yang semakin mendekatkan diri kita kepada Allah atau yang semakin menjauhkan. Itulah yang perlu dilalui bagi melihat sama ada darjat dan keimanan seseorang itu akan bertambah mahupun tidak. USTAZ KAMALULHYSHAMFARHANPresiden Geng Ustaz22 Syawal 1442/3 Jun 2021 – HARAKAHDAILY 3/6/2021
tidak beriman seseorang sebelum diuji